Langsung ke konten utama

Analisis Obat Analgetik-Antipiretik. ppt Maret 28, 2020

perhitungan resep bab II

BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Resep Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker baik secara paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan perundang-undanganan yang berlaku. I. RESEP 1 R / Biolincom 350mg      Acetosal 250mg      Cetinal   1mg      Lameson 5mg      Curcuma 1tab Mf. Pulv dtd No XXI     S3dd1 Pro         : An. Faiza Umur    : 9 thn                                                   ...

MAKALAH PEMBAHASAN PENYAKIT DIARE , Oleh Mahasiswa Prodi Farmasi Universitas Mathla'ul Anwar, Banten

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1   Latar Belakang

Penyakitdiare masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar didunia. Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2 juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas (2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007 dari Kementerian Kesehatan, tingkat kematian bayi berusia 29 hari hingga 11 bulan akibat diare mencapai 31,4 persen. Adapun pada bayi usia 1-4 tahun sebanyak 25,2 persen. Bayi meninggal karena kekurangan cairan tubuh. Diare masih merupakan masalah kesehatan di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi. Kematian akibat penyakit diare di Indonesia juga terukur lebih tinggi dari pneumonia (radang paru akut) yang selama ini didengungkan sebagai penyebab tipikal kematian bayi.

 

1.2     Rumusan Masalah

1.    Sebutkan  jenis-jenis diare?

2.    Apa sajakah penyebab diare?

3.    Bagaiman patofisiologi terjadinya diare?

4.    Sebutkan tanda dan gejala diare ?

5.    Apa akibat dari penyakit diare ?

6.    Bagaiman cara pencegahan terhadap penyakit diare ?

7.    Sebutkan upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan terhadap penyakit diare ?

 

1.3    Tujuan Umum dan Khusus

1.    Tujuan umum

Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mendapatkan gambaran epidemiologi, distribusi, frekuensi, determinan, isu dan program penanganan penyakit diare.

 

2.    Tujuan khusus

  Mampu memberikan keperawatan yang tepat untuk pasien.

  Agar dapat mengetahui penyebab diare.

  Agar dapat mengetahui gejala diare.

  Agar dapat mengetahui cara penanggulangan diare.

  Agar dapat mengetahui cara pencegahan diare.

 

1.4    Manfaat

1.    Dapat mengetahui dan mempelajari lebih rinci tentang penyakit diare dan mampu menerapkan teori – teori yang di dapat di dalam instisusi pendidikan.

2.    Sebagai salah satu sumber literatur dalam perkembangan dibidang profesi keperawatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.2    PengertianDiare

adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita (Depkes RI, Kepmenkes RI tentang pedoman P2D, Jkt, 2002).

Jika ditilik definisinya, diare adalah gejala buang air besar dengan konsistensi feses (tinja) lembek, atau cair, bahkan dapat berupa air saja. Frekuensinya bisa terjadi lebih dari dua kali sehari dan berlangsung dalam jangka waktu lama tapi kurang dari 14hari. Seperti diketahui, pada kondisi normal, orang biasanya buang besar sekali atau dua kali dalam sehari dengan konsistensi feses padat atau keras.

Diare adalah seringnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya dengan konsistensi yang lebih encer (Rekawati, 2013).

Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya (Weni, 2010).

Diare adalah keadaan dimana sering Buang Air Besar, paling tidak terjadi 3 x dalam sehari serta tinja cair (Swasanti, 2013

 

2.3     Jenis-jenis Diare

1.    Diare Akut

Merupakan diare yang disebabkan oleh virus yang disebut Rotaviru yang ditandai dengan buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya biasanya (3kali atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare Rotavirus ini merupakan virus usus patogen yang menduduki urutan pertama sebagai penyebab diare akut pada anak-anak.

 

 

2.    Diare Bermasalah

Intoleransi disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, parasit, intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi. Penularan secara fecal-oral, kontak dari orang ke orang atau kontak orang dengan alat rumah tangga. Diarae ini umumnya diawali oleh diare cair kemudian pada hari kedua atau ketiga baru muncul darah, dengan maupun tanpa lendir, sakit perut yang diikuti munculnya tenesmus panas disertai hilangnya nafsu makan dan badan terasa lemah.

3.    Diare Persisten

Merupakan diare akut yang menetap, dimana titik sentral patogenesis diare persisten adalah keruskan mukosa usus. Penyebab diare persisten sama dengan diare akut.

 

2.4    Penyebab

Penyebab diare dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan:

1. Infeksi yang disebabkan bakteri, virus atau parasit.

2. Adanya gangguan penyerapan makanan atau disebut malabsorbsi.

3. Alergi.

4. Keracunan bahan kimia atau racun yang terkandung dalam makanan.

5. Imunodefisiensi yaitu kekebalan tubuh yang menurun.

6. Penyebab lain.

2.5    Patofisiologi

Penyakit ini dapat terjadi karena kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti:

1.    Makan dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga atau terkontaminasi oleh tangan kotor.

2.    Bermain dengan mainan terkontaminasi apalagi pada bayi sering memasukkan tangan/mainan/apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan udara sampai beberapa hari.

3.    Penggunaan sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan air yang benar.

4.    Tidak mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar.

Menurut Rekawati (2013), diare dapat terjadi dengan mekanisme dasar sebagai berikut :

1.    Gangguan Osmotik

Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus. Selanjutnya, timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

2.    Gangguan Sekresi

Akibat rangsangan tertentu, misalnya, toksin pada dinding usus akanterjadi peningkatan sekresi air dan elektrolit kedalam rongga usus selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

3.    Gangguan Motilitas Usus

Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya timbul diare pula.

 

2,6      Tanda dan Gejala

Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4kali atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:

1.    Muntah

2.    Badan lesu atau lemah

3.    Panas

4.    Tidak nafsu makan

5.    Darah dan lendir dalam kotoran

 

 

 

 

Tanda/gejala klinis penyakit diare dengan dehidrasi sedang

menurut Weni (2010), adalah sebagai berikut :

1. Cengeng

2. Gelisah

3. Suhu meningkat

4. Nafsu makan menurun

5. Tinja cair

6. Lendir (+)Darah (terkadang ada)

8. Warna tinja lama kelamaan berwarna hijau karena tercampur

dengan empedu

9. Anus lecet

10. Tinja lama kelamaan menjadi asam (karena banyaknya asam

laktat yang keluar).

 

2.7     Akibat

Diare yang berlangsung terus selama berhari-hari dapat membuat tubuh penderita mengalami kekurangan cairan atau dehidrasi. Jika dehidrasi yang dialami tergolong berat, misalnya karena diarenya disertai muntah-muntah, risiko kematian dapat mengancam. Orang bisa meninggal dalam beberapa jam setelah diare dan muntah yang terus-menerus. Dehidrasi akut terjadi akibat penderita diare terlambat ditangani.

Menurut Rekawati (2013), sebagai akibat dari diare akut

maupun kronik dapat terjadi hal-hal sebagai berikut :

1.    Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi) Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pada pemasukan air (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2.    Gangguan keseimbangan asam - basa (asidosis metabolik) Asidosis metabolik ini terjadi karena :

a.    Kehilangan Na-bikarbonat bersama tinja

b.    Adanya ketosis kelaparan, metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda keton tertimbun dalam tubuh

c.    Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan di Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) Pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler. Secara klinis, asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernafasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam yang disebut pernafasan kuszmaull.

 

3.    Hipoglikemia

Hipoglikemi terjadi pada 2-3 % dari anak-anak yang menderita diare. Padaanak-anak dengan gizi cukup/baik hipoglikemia ini jarang terjadi. Lebih sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena :

a.    Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu

b.     Adanya gangguan absorbsi glukosa (walaupun jarang terjadi). Gejala hipoglikemi akan muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai 40 mg % pada bayi dan 50 mg % pada anak-anak yang dapat berupa lemas, apatis, peka rangsang, tremor, berkeringat, pucat, syok, kejang sampai koma.

 

4.    Gangguan Gizi

Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat terjadinya penurunan berat badan dalam waktu yang singkat. Hal ini disebabkan :

a.    Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya akan bertambah hebat. Orang tua hanya sering memberikan air teh saja (teh diit)

b.    Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama

c.    Makanan yan diberikan sering tidak dapat dicerna dan di absorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5.    Gangguan Sirkulasi

Sebagai akibat diare dengan atau tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan sirkulasi darah berupa renjatan (syok) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengkibatkan perdarahan didalam otak dan kesadaran menurun (soporokomateus) dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat meninggal.Akibat diare, yaitu kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak dapat terjadi berbagai komplikasi sebagai berikut (Rekawati, 2013).

1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik)

2.      Renjatan hipovolemik

3.      Hipoglikemia (gejala meteorismus, hipotoni otot lemah,bradikardi)

4.      Intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactose

5.      Hipoglikemia

6.      Kejang terjadi pada dehidrasi hipertonik

7.      Malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare jika lama atau kronik).

 

2.8    Pencegahan

Pencegahan diare bisa dilakukan dengan mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat.

1.    Usahakan untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.

2.    Usahakan pula menjaga kebersihan alat-alat makan.

3.    Sebaiknya air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa

4.    Tutup makanan dan minuman yang disediakan di meja

5.    Setiap kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.

6.    Biasakan anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa membawa makanan sendiri saat ke sekolah

7.    Buatlah sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air bersih dan jamban/WC yang memadai.

8.    Pembuatan jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban (juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.

 

2.9    Pertolongan Pertama

Bila sudah terlanjur terserang diare, upaya pertolongan pertama yang perlu segera dilakukan:

1.    Minumkan cairan oralit sebanyak mungkin penderita mau dan dapat meminumnya. Tidak usah sekaligus, sedikit demi sedikit asal sering lebih bagus dilakukan. Satu bungkus kecil oralit dilarutkan ke dalam 1 gelas air masak (200 cc). Jika oralit tidak tersedia, buatlah larutan gula garam. Ambil air masak satu gelas. Masukkan dua sendok teh gula pasir, dan seujung sendok teh garam dapur. Aduk rata dan berikan kepada penderita sebanyak mungkin ia mau minum.

2.    Penderita sebaiknya diberikan makanan yang lunak dan tidak merangsang lambung, serta makanan ekstra yang bergizi sesudah muntaber.

Penderita muntaber sebaiknya dibawa ke dokter apabila muntaber tidak berhenti dalam sehari atau keadaannya parah, rasa haus yang berlebihan, tidak dapat minum atau makan, demam tinggi, penderita lemas sekali serta terdapat darah dalam tinja.

 

2.10        Pengobatan atau Penatalaksanaan Diare

Untuk mengatasi diare, tidak selalu harus dirujuk. Hal ini disesuaikan dengan klasifikasinya. Ada tindakan yang dapat dilakukan sendiri oleh petugas dilapangan. Anak baru dirujuk apabila keadaan anak tidak membaik. Sesuai dengan klasifikasi pada pedoman MTBS, tindakan yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut (Rekawati, 2013) :

a.    Diare tanpa dehidrasi (rencana terapi A)

Beri cairan tambahan sebanyak anak mau. Saat berobat, orang tua perlu diberi oralit beberapa bungkus untuk diberikan pada anak dirumah. Juga perlu penjelasan pembuatan oralit:

1). 1 bungkus oralit masukkan kedalam 200 ml (1gelas) air matang

2). Usia sampai 1 tahun berikan 50 100 ml oralit setiap habis berak

3). Berikan oralit sedikit-sedikit dengan sendok. Bila muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan lagi

b. Diare dengan dehidrasi ringan/sedang (rencana terapi B)

Berikan oralit dan observasi di klinik selama 3 jam dengan jumlah sekitar 75 ml/kg BB atau berdasarkan usia anak. Pemberian oralit pada bayi sebaiknya dengan menggunakan sendok. Adapun jumlah pemberian oralit berdasarkan usia atau berat badan dalam 3 jam pertama adalah sebagai berikut:

 

(1)  Usia 0-4 bulan (< 6 kg) : 200-400 ml

(2)  Usia 4-12 bulan (6-<10 kg) : 400-700 ml

(3)Usia 12-24 bulan (10-<12 kg) : 700-900 ml

(4)Usia 2-5 tahun (12-19 kg) : 900-1400 ml

Bila anak menginginkan lebih, dapat diberikan. Anak dibawah 6 bulan yang sudah tidak minum ASI, berikan juga air matang sekitar 100-200 ml selama periode ini

c. Diare dengan dehidrasi berat

1. Jika anak menderita penyakit berat lainnya, segera dirujuk. Selama dalam perjalanan, mintalah ibu terus memberikan oralit sedikit demi sedikit dan anjurkan tetap memberikan ASI

2. Jika tidak ada penyakit berat lainnya, perlu tindakan sebagai berikut :

(1)Jika dapat memasang infus, segera berikan cairan RL / NaCL secepatnya secara intravena sebanyak 100 ml/BB

(2) Jika tidak dapat memasang infus, tetapi dapat memasang sonde, berikan oralit melalui nasogatric  dengan jumlah 20 ml/kg BB/jam selama 6 jam. Jika 24 anak muntah terus menerus dan perut kembung berilah oralit lebih lambat. Jika keadaan membaik setelah 6 jam, teruskan penanganan seperti dehidrasi ringan atau sedang. Jika keadaan memburuk, segera lakukan rujukan

(3) Jika tidak dapat memasang infus maupun sonde, rujuk segera. Jika anak dapat minum, anjurkan ibu untuk memberikan oralit sedikit demi sedikit selama dalam  perjalanan.

 

BAB III

TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1. Uraian Kasus

Bapak BB (40 tahun) menderita diare. Selama seharian buang air besar (BAB) sebanyak 3 kali, mencret dan berlendir. Dia juga mengeluhkan mules diperutnya. Hasil pemeriksaan fisik :

TD                         : 117/80           (normal 120/80)

Nadi                      : 70x/menit      (normal 60-100x/menit)

Tugor kulit            : normal,          ekstrimitas : hangat

Suhu badan           : 37,5° C          (normal 37° C)

 

Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan adanya leukosit dalam tinjanya.

Riwayat alergi : golongan betalaktam dan turunannya.

 

Pertanyaan :

1.      Evaluasi kasus tersebut diatas!

2.      Bagamana penatalaksanaan terapi yang cocok untuk kasus tersebut?

3.      Evaluasilah kerasionalan obat yang anda pilih untuk terapi dari kasus tersebut diatas menurut pedoman 4T1W!

 

II.  Penyelesaian Kasus (SOAP)

      Penyelesaian kasus  dengan menggunakan metode SOAP (Subjective, Objective, Assesment, dan Plan) pada kasus ini adalah sebagai berikut :

   SUBYEKTIF

      Nama                           : Bapak BB

      umur                            : 40 thn

      jenis kelamin               : laki-laki

Keluhan                       :selama sehariaan buang air besar (BAB)

                                                  sebanyak 3 kali, mencret dan berlendir.

 

 OBYEKTIF

Jenis pemeriksaan

hasil

Nilai normal

keterangan

Tekanan darah

117/80 mmHg

120/80 mmHg

normal

Nadi 

70x permenit

60-100 x permenit

normal 

Tugor kulit

Normal, 

normal

normal 

Ekstrimitas 

hangat 

suhu tubuh

37,5 ˚ C

37,0 ˚ C

Sedikit diatas normal

Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan adanya leukosit dalam tinjanya.

 ASSIGMENT

Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan laboratorium pasien mengalami diare spesifik yang mana adanya infeksi yang diakibatkan karena adanya bakteri, parasit dan virus yang dapat didiagnosa karena adanya leukosit dalam tinja pasien. Diare yang diderita pasien merupakan diare akut yang mana kejadiannya mendadak dan pasien mengalami kurang dari 2 minggu. Dan pasien tidak mengalami dehidrasi karena tidak adanya keluhan yang menandakan pasien termasuk kategori dehidrasi.

PLANNING

  TUJUAN TERAPI :

§  Mencegah dehidrasi

§  Menyembuhkan diare

§  Mencegah bertambah parahnya diare

§  Mencegah kekambuhan

SASARAN TERAPI

§ Mengatasi dehidrasi dengan pemberian cairan elektrolit

§ Menghilangkan faktor penyebab diare

 

  RENCANA TERAPI

  TERAPI NON FARMAKOLOGI

- memperbanyak meminum air putih

- menjaga kebersihan makanan dan minuman yang  dikonsumsi.

- menghindari soda dan minuman tinggi kadar glukosa.

             

  TERAPI FARMAKOLOGI

-Oralit 400ml setiap setelah BAB hingga konsistensi tinja pasien normal.

-tablet ciprofloxacin, 500 mg 2x sehari selama 5 hari, diminumsebelum makan.

 

      Analisa kerasionalan obat

         Analisis rasionalitas terapi dilakukan dengan melakukan analisis obat-obat yang digunakan dengan empat kategori yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat pasien, tepat dosis dan waspada terhadap efek samping obat (4T 1W). Berikut ini adalah uraian analisis rasionalitas obat yang digunakan:

 

1.    Tepat Indikasi

NAMA OBAT

INDIKASI 

MEKANISME 

KETERANGAN 

Oralit 

Untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi

Glukosa menstimulasi secara aktif transfor Na dan air melalui dinding usus. (Tjay, 2007).

Tepat indikasi

ciprofloxacin

Mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang sensitif terhadap ciprofloxacin

Menghambat DNA gyrase bakterisid sehingga sintesa DNA kuman dapat dicegah(Sukandar, 2008).

Tepat indikasi

 

 

2.    Tepat obat

NAMA OBAT

Drug of choice

KETERANGAN 

oralit 

Secara oral Diberikan pada pasien karena pasien masih dalam keadaan sadar.

Tepat obat

ciprofloxacin 

Harga lebih murah dibandingkan dengan obat gol quinolon lain.

Tepat obat

 

3.    Tepat pasien

NAMA OBAT

KONTRA INDIKASI

KETERANGAN 

Oralit 

Obstruksi atau perforasi usus(Anonim, 2008)

Tepat pasien

ciprofloxacin 

Hipersensitiv terhadap golongan kuinolon. (Anonim, 2008)

Tepat pasien

 

4.    Tepat regiment obat

NAMA OBAT

REGIMENT STANDART

REGIMEN YANG DISARANKAN

Oralit 

Untuk dewasa 400 ml setiap setelah BAB(Sukandar, 2008).

Untuk dewasa 400 ml setiap setelah BAB sampai konsistensi tinja normal.

ciprofloxacin 

Oral 500 mg  2x sehari selama 1-5 hari. Sebelum makan (Thielman, 2004).

 Oral 500 mg  2x sehari selama 5 hari. Sebelum makan

 

5.    Waspada Efek Samping

NAMA OBAT

EFEK SAMPING

KETERANGAN 

Oralit 

Hiperkalemi danhipernatremia (Anonim, 2008)

Gunakan pengenceran oralit dengan tepat

ciprofloxacin 

Kristaluria, hematuria

(Tjay,2007 )

Banyak minum air putih

 

 

 

 

MONITORING DAN TINDAK LANJUT

 Monitoring terhadap terapi dilakukan setelah penggunaan antibiotik habis, yaitu dilakukan monitoring terhadap konsistensi tinja.

Apabila terapi antibiotik tidak memberikan respon maka dilakukan monitoring terhadap pemeriksaan kultur tinja, untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi, sehingga dapat digunakan antibiotik yang tepat dan spesifik.

Konsultasi, Informasi & Edukasi Pasien (KIE)

 Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang harus diminum. Oralit digunakan untuk mengganti cairan tubuh. Di minum 400 ml (2 sachet), diminum setiap setelah BAB, sedangkan ciprofloxasin di gunakan untuk mengobati infeksi penyebab diare, diminum 2x sehari 1 tablet (500 mg) sebelum makan, dalam keadaan perut kosong. Makanan dapat mengurangi penyerapan ciprofloxacin. Ciprofloxacin harus diminum sampai habis.

Memberikan informasi kepada pasien mengenai efek samping yang bisa muncul.

 Menyarankan kepada pasien untuk mematuhi terapi non farmakologiguna menunjang keberhasilan terapi.

Bila belum membaik konsultasikan ke dokter.

 Memberitahukan kepada pasien cara pencegahan dan penatalaksanaan diare secara tepat agar tidak terulang kembali

PEMBAHASAN KASUS

Pada kasus ini didapatkan assessment bahwa pasien mengalami disentri yang mana diagnosa ini timbul karena pasien mengalami mencret dan pada pemeriksaan laboratorium ditemukannya adanya lendir dan leukosit dalam tinjanya. Gejala tersebut diperkirakan akibat adanya bakteri shigella. Namun untuk memastikan hal itu seharusnya dilakukan pengujian lebih lanjut. Adanya lendir dan darah disebabkan kerusakan dinding usus berupa nekrosis dan ulserasi, dan bersifat sekretorik oksidatif. Mules terjadi Karena adanya perubahan dalam gerakan cairan dan elektrolit yang menyebabkan osmolalitas luminal meningkat, peningkatan sekresi usus, motilitas usus diubah dan terjadi penurunan penyerapan cairan.

Tujuan terapi kami yang paling utama adalah mencegah dehidrasi terlebih dahulu, karena dehidrasi merupakan penyebab utama yang dapat mengakibatkan pasien mengalami kematian. Hal utama yang dianjurkan adalah pemilihan dalam mengatasi dehidrasi pasien, dalam kasus pasien tidak terlihat adanya gejala awal dari dehidrasi yaitu perasaan haus, mulut dan bibir kering, kulit menjadi keriput (hilang kekenyalannya), berkurangya air seni dan menurunnya berat badan, juga keadaan gelisahSehingga kami mengasumsikan pasien belum mengalami dehidrasi. Pasien masih dalam kondisi sadar dan masih sanggup beraktivitas sehingga pasien diberikan Oralit, dan apabila pasien sudah dalam kondisi dehidrasi berat pasien dapat diberi cairan Ringer Laktat, Bila larutan RL tidak tersedia maka dapat digunakan larutan NaCL 0,9%, akan tetapi kehilangan bikarbonat dan kalium yang terjadi pada pasien  tidak terganti. Larutan dekstrosa sebaiknya tidak digunakan karena tidak mengandung elektrolit, sehingga tidak dapat mengganti kehilangan elektrolit dan mengkoreksi asidosis.

Diare yang terus menerus dapat mengakibatkan turunnya tekanan darah. Pada keadaan normal tubuh membutuhkan sistem syaraf pusat untuk menjaga tekanan darah normal. Disana terdapat keseimbangan antara system adrenalin dan syaraf vagus. Jika terjadi stimulasi berlebihan dari syaraf vagus, maka urat darah akan melebar, tidak cukup darah yang akan kembali ke jantung dan tekanan darah mungkin jatuh. Syaraf vagus berstimulasi ketika orang mendorong terlalu keras saat kencing atau BAB.

Pada kasus ini, pasien didiagnosa mengalami diare tanpa dehidrasi maka sesuai dengan dosis pencegahan untuk pasien dewasa diberikan 400 ml setiap kali setelah BAB (Buang Air Besar) yang mana dalam sediaan dapat digunakan 2 sachet oralit (1 sachet dilarutkan dalam 200 ml (1 gelas)) disarankan sampai tinja pasien mengalami konsistensi yang normal.

Pada penerapan pengobatan pasien tersebut kami memilih pengobatan secara empiris karena belum adanya penyebab pasti. Pengobatan empiris biasanya kita melihat terlebih dahulu kronologi kejadian pasien terserang diare, ada empat peristiwa yang mesti diperhatikan. Apakah pasien habis mengunjungi rumah sakit, apakah pasien habis berjalan-jalan, apakah pasien diduga mengalami infeksi karena giargia, apakah pasien mengalami gangguan imun yang berbeda karena adanya penyakit lain seperti HIV. Faktor penyebab seharusnya ditelusuri namun dalam kasus ini tidak ada keterangan pasti mengenai faktor-faktor penyebab. Untuk itu digunakan antibiotik ciprofloxasin yang merupakan golongan Fluoroquinolon. Obat golongan ini menghambat bakteri batang gram negatif termasuk enterobacteriaceae, Pseudomonas, Neisseria. Setelah pemberian per oral, Fluoroquinolon diabsorpsi dengan baik dan didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan jaringan, walaupun dalam kadar yang berbeda-beda. Fluoroquinolon terutama diekskresikan di ginjal dengan sekresi tubulus dan dengan filtrasi glomerulus. Pada insufisiensi ginjal, dapat terjadi akumulasi obat.

 

 

Ada tiga obat golongan Fluoroquinolon yang diajukan pada tabel diatas sesuai dalam jurnal (Theilman. 2004) yaitu Norfloxacin, Ciprofloxacin, dan Levofloxacin. Namun lebih terpilihnya Ciprofloxacin dibanding yang lain karena :

Alasan pertama:

·         Ciprofloxacin : Merupakan generasi kedua dari fluoroquinolones, mempunyai efek yang bagus dalam melawan bakteri gram negatif dan bakteri gram positif juga melawan gonococcus, mykobacteria, termasuk Mycoplasma pneumoniae.

·         Norfloxacin :Merupakan generasi pertama dari fluoroquinolones dari nalidixic acid, sangat baik untuk infeksi saluran kemih..

·         Levofloxacin
Merupakan generasi ketiga dari fluoroquinolones. Hampir sama baiknya dengan generasi kedua tetapi lebih baik untuk bakteri gram positif.

Dengan tiga pengertian obat diatas, dalam pengatasan pengobatan seharusnya dimulai dari generasi yang paling kecil yakni generasi ketiga karena apabila pasien langsung dikasih generasi yang tertinggi maka pasien dapat mengalami resistensi terhadap obat tersebut akan sulit dilakukan pengobatan lebih lanjut karena sudah tidak adanya generasi yang lebih tinggi, namun untuk levofloxacin hanya fokus terhadap bakteri gram positif padahal hampir sama dengan generasi kedua. Dalam kasus, belum diketahui adanya bakteri spesifik penyebab diare. Untuk itu, perlu obat yang memiliki spektum luas. Ciprofloxacin melawan bakteri gram positif dan negatif untuk itu obat ini menjadi pilihan.

Alasan kedua:

Dengan melihat perbandingan harga obat, dipilih obat yang harganya paling ekonomis. Keseluruhan obat dipakai selama 5 hari,

Obat

Pemakaian sebanyak

Jumlah obat yang diperlukan

Harga 1 tablet

Harga keseluruhan

Ciprofloxacin 500 mg

2x sehari

10 tablet

Rp.   240

Rp  2400

Norfloxacin 400 mg

2x sehari

10 tablet

Rp 7.150

Rp71.500

Levofloxacin 500 mg

1x sehari

5 tablet

Rp 4.400

Rp 22.000

 

Sehingga penggunaan Ciprofloxacin 500 mg tersebut merupakan penggobatan yang tepat . Penggobatan dapat digunakan selama 1 hingga 5 hari. Lebih terpilihnya 5 hari pengobatan dengan harapan pengobatan dapat diberikan seoptimal mungkin sehingga bakteri penyebab diare dapat dihilangkan. Ciprofloxacin diminum sebelum makan, karena makanan dapat menganggu absorbs obat.

            Tidak perlu adanya pengobatan simptomatik, karena pada kasus pasien mengalami diare karena infeksi (diare inflamasi). Secara alamiah diare merupakan mekanisme pertahanan tubuh karena air yang keluar begitu banyak akan keluar sebagai pembersih usus (cleaning effect) dengan demikian bahan-bahan pathogen (virus, bakteri, parasit, toksin, bahan-bahan alergenik dan lain-lain) akan dikeluarkan dari saluran cerna sehingga membatasi efek selanjutnya dari bahan-bahan tersebut. Apabila digunakan pengobatan simtomatik untuk mehentikan diare maka bahan-bahan pathogen tidak dikeluarkan yang dapat menyebabkan toksik dalam tubuh.

Pada terapi non farmakologi pasien dianjurkan memperbanyak meminum air putih untuk upaya mencegah dehidrasi yang lebih parah. Menjaga kebersihan makanan dan minuman yang dikonsumsi, hal ini agar apapun makanan dan minuman yang diminum pasien bebas dari bakteri, virus ataupun parasit yang dapat memperparah diare. Menghindari soda dan minuman tinggi kadar glukosa karena gula dapat menarik cairan kedalam usus dan memperburuk kondisi diare.

            Pada monitoring dan evaluasi tindak lanjut, Monitoring terhadap terapi dilakukan setelah penggunaan antibiotik habis, yaitu dilakukan monitoring terhadap konsistensi tinja. pabila terapi antibiotik tidak memberikan respon maka dilakukan monitoring terhadap pemeriksaan kultur tinja, untuk mengetahui bakteri yang menginfeksi, sehingga dapat digunakan antibiotik yang tepat dan spesifik.

Pada Konsultasi, Informasi & Edukasi Pasien (KIE), Memberikan informasi kepada pasien tentang obat yang harus diminum. Oralit digunakan untuk mengganti cairan tubuh. Di minum 400 ml (2 sachet), diminum setiap setelah BAB, sedangkan ciprofloxasin di gunakan untuk mengobati infeksi penyebab diare, diminum 2x sehari 1 tablet (500 mg) sebelum makan, dalam keadaan perut kosong. Makanan dapat mengurangi penyerapan ciprofloxacin. Ciprofloxacin harus diminum sampai habis. Memberikan informasi kepada pasien mengenai efek samping yang bisa muncul. Menyarankan kepada pasien untuk mematuhi terapinon farmakologi guna menunjang keberhasilan terapi. Bila belum membaik konsultasikan ke dokter. Memberitahukan kepada pasien cara pencegahan dan penatalaksanaan diare secara tepat agar tidak terulang kembali.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 



BAB V

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Sekitar80% kematian karena diareterjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Diare merupakan salah satu penyebab kematian kedua terbesar pada balita, nomor 3 bagi bayi, serta nomor 5 bagi semua umur.Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi berak lebih dari biasanya (3 atau lebih per hari) yang disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.

Kelompok umur yang terbanyak menderita diare akut adalah kelompok umur 1 – 5 tahun yaitu 42,85 %. Berdasarkan karakteristik jenis kelamin, penderita diare akut terbanyak adalah berjenis kelamin laki – laki yaitu 63,09 %.Jenis diare akut berdasarkan keparahan dehidrasi yang banyak diderita penderita diare akut adalah diare akut dehidrasi ringan sampai sedang yaitu 59,52 %. Seluruh penderita diare akut di BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou menggunakan pengobatan ORS sebagai pengobatan utamanya, tetapi terdapat tambahan pengobatan lain yang membantu dalam mengobati diare akut dan mengobati gejala – gejala klinis yang menyertai diare akut yaitu tambahan penggunaan suplemen zinc sebanyak 69 %, antipiretik sebanyak 59 %, antiemetik sebanyak 27 %, antibiotik sebanyak 16 %, serta probiotik sebanyak 12 %

 

·                     Berdasarkan keluhan dan pemeriksaan laboratorium pasien mengalami diare spesifik yang mana adanya infeksi yang diakibatkan karena adanya bakteri, parasit dan virus yang dapat didiagnosa karena adanya leukosit dalam tinja pasien. Diare yang diderita pasien merupakan diare akut yang mana kejadiannya mendadak dan pasien mengalami kurang dari 2 minggu. Dan pasien tidak mengalami dehidrasi karena tidak adanya keluhan yang menandakan pasien termasuk kategori dehidrasi.

·                     Dehidrasi dapat dicegah dengan penggunaan Oralit 400 ml (dosis untuk dewasa pada pasien yang tanpa dehidrasi untuk upaya pencegahan dehidrasi) tiap setelah BAB.

·                     Pengobatan diare pasien digunakan pengobatan empiris yaitu antibiotikobat ciprofloxacin,500 mg  2x sehari selama 5 hari.

·         Terapi non farmakologi yang digunakan memperbanyak meminum air putih , menjaga kebersihan makanan dan minuman yang  dikonsumsi, menghindari soda dan minuman tinggi kadar glukosa.

B.     Saran

Berdasarkan data-data diatas, maka dianggap perlu untuk membahas mengenai persoalan penyakit diare sebagai penyumbang penyebab tertinggi kedua kematian anak, sehingga semua pihak dapat mengupayakan strategi dalam rangka mengurangi kematian anak akibat diare demi peningkatan kualitas anak.

 

 

 

 

 

 

                                   

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2007, Farmakologi dan Terapi, Edisi V, Departemen Farmakologi dan Terapetik Fakultas Kedokteran UI, Jakarta

Anonim, 2008, Informasi Spesialite Obat Indonesia, 309, ISFI, Jakarta 

Mansjoer, A., dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid I,501, Media Aesculapius FKUI, Jakarta

from http://en.wikipedia.org/wiki/Diarrhea, diaksestanggal 14 November 2010

Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare Edisi ketiga, Depkes RI, Direktorat Jenderal PPM dan PL tahun 2007.

Ngastiah, editor Setiawan, S.kep. Buku keperawatan anak sakit EGC. Jakarta, 1997

Agus ,Safrudin.N.S, Dkk. 2009 Analisis Faktor-faktor Resiko Yang Mempengaruhi Kejadian Diare Pada Balita Di Puskesmas AMBAL 1 Kecamatan AMBAL Kabupaten Kebemen.

Korompis, F. 2013. Studi Penggunaan Obat Pada Penderita Diare  Akut  Di Intalasi Rawat Inap BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI – JUNI 2012

Mansjoer, Arif dkk.2000.Kapita Selekta Edisi Jilid 4.Jakarta:Media Aescalapius FKUI.

Anonim. ikhsanbeck.blogspot.com

Mansjoer, A., dkk, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II,470-471,Media Aesculapius FKUI, Jakarta

Sukandar, E.Y., dkk, 2008, Iso Farmakoterapi,349-350, 750, PT ISFI penerbitan, Jakarta

Tjay, Toan Hoan., Kirana Rahardja, 2007, Obat-Obat Penting, Edisi 6,149, 288, Gramedia, Jakarta

Utomo, 2009, Darah Rendah, from http://my.opera.com/agungpriou/blog/darah-rendahdiakses tanggal 14 November 2010

 

 

Komentar

Postingan Populer