BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan
padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma
manis dan melarut dalam mulut. Tablet hisap memiliki keuntungan-keuntungan yang
dimiliki oleh sediaan tablet pada umumnya, antara lain proses produksi mudah,
praktis dalam hasil pengemasan, penyimpanan, dan transportasi, selain itu juga
adanya jaminan ketetapan dosis, pemakaiannya mudah, relatif lebih stabil
dibanding sediaan oral cair, secara fisik lebih stabil dibanding kapsul, serta
lebih aman dibanding sediaan parenteral. Keuntungan lain dari tablet hisap
yakni dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki sediaan tablet pada umumnya,
seperti kesukaran menelan pada anak kecil dan orang-orang tertentu, penggunaan
tablet hisap lebih praktis karena tidak perlu ditelan, cukup dihisap dalam
mulut. Kriteria mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet biasa, perbedaan
tersebut diantaranya adalah kekerasan yang lebih tinggi (>10 kg) dan melarut
perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit).
B.
Tujuan
1.
Memahami pengertian dan manfaat tablet hisap
2.
Mengetahui bahan tambahan dalam tablet hisap
3. Mengetahui metode pembuatan tablet hisap
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi Tablet Hisap
Tablet hisap
adalah suatu sedian padat yang mengandung satu atau dua lebih bahan obat,
umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat melarut atau hancur
perlahan-lahan di dalam mulut (Depkes RI, 1995).
Tablet hisap
adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini
digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang
umumnya diberikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk mengurangi
batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anastetika lokal, berbagai
antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringen dan antitusif. Jenis tablet ini
dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis
secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang (Lachman, 1994).
Tablet hisap
adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa untuk dihisap dan
didiamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring (Siregar, 2010).
Berbeda dengan
tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan
yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap
cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih dari berat tablet
keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol, dan sebagainya.
Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm. Tablet
hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar >10 kg/cm3 (Hasyim, 2008:
Lachman, 1994).
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan
atau bahan pembantu tabletasi dapat diartikan sebagai zat-zat yang memungkinkan
suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat
menjadi suatu sediaan yang cocok satu sama lain yang dapat memperbaiki sediaan
obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat
kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain. Adapun zat-zat
tambahan dalam sediaan tablet hisap meliputi:
a.
Bahan
pembawa (Siregar, 2010)
ü Pembawa
dasar gula
Formulasi tablet yang paling sederhana
kemungkinan menggunakan gula (sukrosa) sebagai pembawa dasar. Gula tidak mahal
dan dapat digunakan untuk membentuk tablet yang memiliki karakteristik
pengempanan dan raba mulut yang dapat diterima.
ü Pembawa
dekstrosa dan sukrosa yang dimodifikasi, seperti NU-tab dan Sugartab.
ü Pembawa
dasar bebas gula, seperti manitol dan sorbitol.
ü Pengisi-pengisi
lain, seperti dikalsium fosfat, kalsium sulfat, kalsium karbonat, laktosa.
b.
Bahan
pengikat
Bahan pengikat
adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan daya adhesi pada massa
serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan
pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan
dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin
penyatuan beberpa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikay
dapat ditambahkan ke dalam bahan yang akan dicetak dalam bentuk kering, cairan,
atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet (Depkes RI, 1995). Pengikat yang paling efektif untuk granulasi
basah tablet hisap kempa adalah akasia (gom arab), sirup jagung, sirup
simpleks, gelatin, PVP, tragakan, dan metal selulosa. Bahan-bahan ini efektif
dalam meningkatkan gaya intergranul serta membantu memperbaiki karakteristik
demulsen (penyejuk) dan tekstur permukaan tablet hisap ketika melarut dalam
rongga oral (Siregar, 2010).
c.
Bahan
pelincir (Voight, 1994; Lachman, 1994)
Bahan pelicir
dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda, sehingga banyak dikelompokkan
menjadi bahan pengatur aliran (glidant),
bahan pelicir (lubricant) dan bahan
pemisah hasil cetakan (antiadherent).
Bahan pengatur
aliran atau glidant berfungsi untuk
memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan dicetak, karena itu
menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang
cetakan. Glidant juga berfungsi untuk
mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel, dan
meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidant yaitu talk, kalsium/magnesium
stearat, asam stearat, PEG, pati, dan aerosil.
Bahan pelicir
atau lubricant berfungsi untuk
mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang rauang cetak) dan gesekan
tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak.
Pada umumnya lubricant bersifat hidrofobik sehingga
cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena
itu kadar lubricant yang berlebihan
harus di hibdarkan. Contoh lubricant antara
lain talk, kalsium atau magnesium stearat, asam strearat, PEG, pati, dan
paraffin.
Bahan pemisah
hasil cetakan atau antiadherent adalah
bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan
stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, Cab-O-Sil, natrium
lauril sulfat, kalsium/magnesium stearat.
d.
Zat
warna
Penggunaan zat
warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu menutupi warna obat yang kurang
baik, identifikasi hasil produksi dan
mebuat suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna-warna alami
dari tubuh-tumbuhan dibatasi karena warna-warna ini sering tidak stabil
(Lachman, 1994).
Zat pewarna
larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama pembuatn pembawa
granulasi basah sebelum dilakukan granulasi eksipien dan zat aktif. Selain itu,
pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan ditambahkan pengikat
(Siregar, 2010).
e.
Pemberi
rasa
Bahan pemberi
rasa biasanya digunakan pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan
larut dalam mulut, pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air jarang
dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stablitasnya kurang baik (Lachman,
1994).
Untuk tablet
hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga mulut mensyaratkan agar
formulator mengembangkan tidak saja produk dengan penambah rasa yang
menyenangkan, tetapi juga produk yang penammbah rasanya dapat menutupi dasar
pahit yang mungkin dimiliki formulasi (Siregar, 2010).
3. Metode Pembuatan
Metode pembuatan
tablet hisap dapat dilakukan dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan
kembang gula. Selain itu dapat dibuat juga dengan cara mengempa seperti halnya
tablet biasa (Lachman, 1994).
Ada beberapa
metode dalam pembuatan tablet, namun yang relatif lebih sering digunakan adalah
metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung (Depkes RI,
1995).
a.
Evaluasi
Granul
ü Uji
Kadar Lembab (Voight, 1994)
Pengukuran kadar lembab dilakukan dengan
menggunakan alat yang disebut moisture
balance. Syarat kadar lembab yang baik adalah 2-5%.
ü Kompresibilitas
(Aulton, 1988; Voight, 1994)
Uji komp resibilitas dilakukan dengan
alat yang disebut bulk density. Persen
kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Tabel
Hubungan Presentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Air Granul (Foe, 2008)
Presentase Kompresibilitas
|
Sifat aliran
|
5-15
|
Sangat
baik
|
12-16
|
Baik
|
18-21
|
Cukup
baik
|
23-35
|
Buruk
|
35-38
|
Sangat
buruk
|
>40
|
Sangat
buruk sekali
|
ü Distribusi
ukuran partikel (Voight, 1994)
Distribusi
ukuran partikel sangat penting untuk memperoleh granul yang kompak dan tidak
mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan
dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer (Voight, 1994).
ü Sifat
Alir (Aulton, 1988; Lachman, 1994)
Untuk
menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran, jika suatu zat berupa
serbuk mengalir bebas dari sebuah corong berbentuk kerucut. Adapun untuk
mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang
dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu
yang dibutuhkan sejumlah granul untuk dapat habis melewati corong (Voight,
1994). Syarat sudut hrnti yang baik adalah < 30o dan laju alir
yang baik adalah 4-10 gram/detik (Lachman, 1994).
b.
Evaluasi
Tablet
ü Pemeriksaan
organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan
organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan, tekstur permukaan, derajat
kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan
minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet
selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan persepsi
adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk.
ü Keseragaman
bobot (Depkes, 1979)
Pada
tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di ddalam sejumlah formula, bobot
tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk memastikan bahwa setiap
tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syatar keseragaman obat
menurut Farmakope Indonesia Jilid III adalah bila bobot rata-rata lebih dari
300mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang
masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada
satu pun tablet yang bobotnya menyimpang leih dari 10% dari bobot rata-ratanya.
ü Keseragaman
ukuran
Ukuran
tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang berhubungan
dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol sampai perbedaan 5%
dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar dapat
diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah pengemasan (Ansel, 1989).
Syarat
keseragaman ukuran berdasarkan Farmakope Indonesia Jilid III adalah kecuali
dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kai dan tidak kurang dari
11/3 kali tebal tablet.
ü Friabilitas
(Lachman, 1994)
Friabilitas
dinyatakan sebagai persentase selisih bobot sebelum dan sesudah pengujian,
dibagi dengan bobot mula-mula. Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari
1%.
ü Kekerasan
Tablet
harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan terhadap berbagai
guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi. Tablet
hisap biasanya memiliki kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan tablet
biasa. Syarat kekerasan tablet hisap adalah lebih dari 10kg/cm3
(Hasyim dkk, 2008).
BAB III
KESIMPULAN
Tablet hisap
adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini
digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang
umumnya diberikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk mengurangi
batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anastetika lokal, berbagai
antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringen dan antitusif. Jenis tablet ini
dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis
secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang. Bahan tambahan yang
digunakan untuk pembuatan tablet hisap meliputi bahan pembawa, bahan pengikat,
bahan pelincir, zat warna dan pemberi rasa. Metode yang sering digunakan dalam
pembuatan tablet hisap adalah metode evaluasi granul dan evaluasi tablet.
Evaluasi granul meliputi uji kadar lembab, uji kompresibilitas, distribusi
ukuran partikel dan sifat alir. Sedangkan evalausi tablet meliputi pemeriksaan
organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, friabilitas dan kekerasan.
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.c. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4.
Jakarta: UI Press
Departemen
kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi III. Jakarta: Departemen kesehatan
RI
Departemen
kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia
Edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan RI
Departemen
kesehatan RI. 1989. Materia Medika
Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen kesehatan RI
Foe,
Kuncoro dkk. 2008. Pengaruh Berbagai
Konsentrasi Guar Gum Sebagai Pengikat Pada Sediaan Tablet Hisap Ekstrak Akar
Gingseng. Jurnal Obat Bahan Alam Vol. 7(1), hal 19-27.
Hasyim,
Nursian dkk. 2008. Studi Formulasi Tablet
Hisap Sari Kencur Dengan Membandingkan
Gelatin Dan Polivinil Pirolidon Sebagi Bahan Pengikat. Majalah Farmasi dan
Farmakologi Vol. 12 no.3.
Lachman,
Leon. Lieberman, Herbert A. Kanig, Joseph L. 1989. Teori dan Praktek Farmasi Industri I, edisi ketiga. Jakarta: UI
Press. Hal 101, 107, 132-134.
Lachman,
Leon. Lieberman, Herbert A. Kanig, Joseph L. 1989. Teori Dan Praktek Farmasi
Industri Ii, edisi ketiga. Jakarta: UI Press. Hal 713.
Siregar,
Chareles JP. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan
Tablet: dasar-dasar praktis. Jakarta: EGC
Voight,
Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi
Farmasi Edisi V. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Komentar
Posting Komentar