Langsung ke konten utama

Analisis Obat Analgetik-Antipiretik. ppt Maret 28, 2020

perhitungan resep bab II

BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Resep Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker baik secara paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan perundang-undanganan yang berlaku. I. RESEP 1 R / Biolincom 350mg      Acetosal 250mg      Cetinal   1mg      Lameson 5mg      Curcuma 1tab Mf. Pulv dtd No XXI     S3dd1 Pro         : An. Faiza Umur    : 9 thn                                                                                                                           a.        Kandungan dan isi obat -           Biolincom Komposisi/kandungan  : Lincomycin 500mg Kegunaan/ indikasi        : antibiotic -           Acetosal Komposisi/kandungan : Asam Asetil Salisilat Indikasi                            : analgetik -           Cetinal Komposisi/ kandungan : cetirizine HCl 1

TABLET HISAP

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Tablet hisap (lozenges) adalah sediaan padat yang mengandung satu atau lebih bahan aktif, umumnya dengan bahan dasar beraroma manis dan melarut dalam mulut. Tablet hisap memiliki keuntungan-keuntungan yang dimiliki oleh sediaan tablet pada umumnya, antara lain proses produksi mudah, praktis dalam hasil pengemasan, penyimpanan, dan transportasi, selain itu juga adanya jaminan ketetapan dosis, pemakaiannya mudah, relatif lebih stabil dibanding sediaan oral cair, secara fisik lebih stabil dibanding kapsul, serta lebih aman dibanding sediaan parenteral. Keuntungan lain dari tablet hisap yakni dapat mengatasi kekurangan yang dimiliki sediaan tablet pada umumnya, seperti kesukaran menelan pada anak kecil dan orang-orang tertentu, penggunaan tablet hisap lebih praktis karena tidak perlu ditelan, cukup dihisap dalam mulut. Kriteria mutu fisik tablet hisap berbeda dengan tablet biasa, perbedaan tersebut diantaranya adalah kekerasan yang lebih tinggi (>10 kg) dan melarut perlahan dalam mulut (sekitar 5-10 menit).

B.     Tujuan
1.      Memahami pengertian dan manfaat tablet hisap
2.      Mengetahui bahan tambahan dalam tablet hisap
3.      Mengetahui metode pembuatan tablet hisap






BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi Tablet Hisap
Tablet hisap adalah suatu sedian padat yang mengandung satu atau dua lebih bahan obat, umumnya dengan bahan dasar beraroma dan manis, yang dapat melarut atau hancur perlahan-lahan di dalam mulut (Depkes RI, 1995).
Tablet hisap adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang umumnya diberikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anastetika lokal, berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringen dan antitusif. Jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang (Lachman, 1994).
Tablet hisap adalah bentuk sediaan obat tablet yang diberi penambah rasa untuk dihisap dan didiamkan (ditahan) di dalam mulut atau faring (Siregar, 2010).
Berbeda dengan tablet biasa, pada tablet hisap tidak digunakan bahan penghancur, dan bahan yang digunakan sebagian besar adalah bahan-bahan yang larut air. Tablet hisap cenderung menggunakan banyak pemanis (50% atau lebih dari berat tablet keseluruhan) seperti sukrosa, laktosa, manitol, sorbitol, dan sebagainya. Selain itu diameter tablet hisap umumnya lebih besar yaitu >18 mm. Tablet hisap yang baik memiliki kekerasan sebesar >10 kg/cm3 (Hasyim, 2008: Lachman, 1994).
2. Bahan Tambahan
Bahan tambahan atau bahan pembantu tabletasi dapat diartikan sebagai zat-zat yang memungkinkan suatu obat atau bahan obat yang memiliki beberapa sifat khusus untuk dibuat menjadi suatu sediaan yang cocok satu sama lain yang dapat memperbaiki sediaan obat, dengan mempertimbangkan efek obat, kinerja obat, organoleptis, sifat kimia obat, dan kemungkinan pengembangan jenis sediaan lain. Adapun zat-zat tambahan dalam sediaan tablet hisap meliputi:
a.      Bahan pembawa (Siregar, 2010)
ü  Pembawa dasar gula
Formulasi tablet yang paling sederhana kemungkinan menggunakan gula (sukrosa) sebagai pembawa dasar. Gula tidak mahal dan dapat digunakan untuk membentuk tablet yang memiliki karakteristik pengempanan dan raba mulut yang dapat diterima.
ü  Pembawa dekstrosa dan sukrosa yang dimodifikasi, seperti NU-tab dan Sugartab.
ü  Pembawa dasar bebas gula, seperti manitol dan sorbitol.
ü  Pengisi-pengisi lain, seperti dikalsium fosfat, kalsium sulfat, kalsium karbonat, laktosa.

b.      Bahan pengikat
Bahan pengikat adalah bahan tambahan yang diperlukan untuk memberikan daya adhesi pada massa serbuk sewaktu granulasi dan memberikan sifat kohesif yang telah ada pada bahan pengisi sehingga dapat membentuk struktur tablet yang kompak setelah pencetakan dan meningkatkan daya tahan tablet, oleh karena itu bahan pengikat menjamin penyatuan beberpa partikel serbuk dalam sebuah butiran granulat. Bahan pengikay dapat ditambahkan ke dalam bahan yang akan dicetak dalam bentuk kering, cairan, atau larutan, tergantung pada metode pembuatan tablet (Depkes RI, 1995).  Pengikat yang paling efektif untuk granulasi basah tablet hisap kempa adalah akasia (gom arab), sirup jagung, sirup simpleks, gelatin, PVP, tragakan, dan metal selulosa. Bahan-bahan ini efektif dalam meningkatkan gaya intergranul serta membantu memperbaiki karakteristik demulsen (penyejuk) dan tekstur permukaan tablet hisap ketika melarut dalam rongga oral (Siregar, 2010).
c.       Bahan pelincir (Voight, 1994; Lachman, 1994)
Bahan pelicir dapat memenuhi berbagai fungsi yang berbeda, sehingga banyak dikelompokkan menjadi bahan pengatur aliran (glidant), bahan pelicir (lubricant) dan bahan pemisah hasil cetakan (antiadherent).
Bahan pengatur aliran atau glidant berfungsi untuk memperbaiki daya luncur dan daya gulir bahan yang akan dicetak, karena itu menjamin terjadinya keteraturan aliran dari corong pengisi ke dalam lubang cetakan. Glidant juga berfungsi untuk mengurangi penyimpangan massa, memperkecil gesekan sesama partikel, dan meningkatkan ketepatan takaran tablet. Contoh zat yang dapat digunakan sebagai glidant yaitu talk, kalsium/magnesium stearat, asam stearat, PEG, pati, dan aerosil.
Bahan pelicir atau lubricant berfungsi untuk mengurangi gesekan logam (stempel di dalam lubang rauang cetak) dan gesekan tablet dengan logam, serta memudahkan pengeluaran tablet dari mesin pencetak.
Pada umumnya lubricant bersifat hidrofobik sehingga cenderung menurunkan kecepatan disintegrasi dan disolusi tablet. Oleh karena itu kadar lubricant yang berlebihan harus di hibdarkan. Contoh lubricant antara lain talk, kalsium atau magnesium stearat, asam strearat, PEG, pati, dan paraffin.
Bahan pemisah hasil cetakan atau antiadherent adalah bahan yang berfungsi untuk mencegah lekatnya bahan yang dikempa pada permukaan stempel atas. Contoh bahan ini adalah talk, amilum maydis, Cab-O-Sil, natrium lauril sulfat, kalsium/magnesium stearat.
d.      Zat warna
Penggunaan zat warna dalam tablet memberikan keuntungan yaitu menutupi warna obat yang kurang baik, identifikasi hasil produksi dan  mebuat suatu produk menjadi lebih menarik. Penyediaan warna-warna alami dari tubuh-tumbuhan dibatasi karena warna-warna ini sering tidak stabil (Lachman, 1994).
Zat pewarna larut air dapat ditambahkan pada campuran serbuk selama pembuatn pembawa granulasi basah sebelum dilakukan granulasi eksipien dan zat aktif. Selain itu, pewarna dapat dilarutkan dalam larutan penggranulasi dan ditambahkan pengikat (Siregar, 2010).
e.       Pemberi rasa
Bahan pemberi rasa biasanya digunakan pada tablet kunyah atau tablet lainnya yang ditujukan larut dalam mulut, pada umumnya zat pemberi rasa yang larut dalam air jarang dipakai dalam pembuatan tablet oleh karena stablitasnya kurang baik (Lachman, 1994).
Untuk tablet hisap, waktu huni tablet yang lama dalam rongga mulut mensyaratkan agar formulator mengembangkan tidak saja produk dengan penambah rasa yang menyenangkan, tetapi juga produk yang penammbah rasanya dapat menutupi dasar pahit yang mungkin dimiliki formulasi (Siregar, 2010).


3. Metode Pembuatan
Metode pembuatan tablet hisap dapat dilakukan dengan cara peleburan atau dengan proses penuangan kembang gula. Selain itu dapat dibuat juga dengan cara mengempa seperti halnya tablet biasa (Lachman, 1994).
Ada beberapa metode dalam pembuatan tablet, namun yang relatif lebih sering digunakan adalah metode granulasi basah, granulasi kering, dan metode cetak langsung (Depkes RI, 1995).
a.      Evaluasi Granul
ü  Uji Kadar Lembab (Voight, 1994)
Pengukuran kadar lembab dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut moisture balance. Syarat kadar lembab yang baik adalah 2-5%.
ü  Kompresibilitas (Aulton, 1988; Voight, 1994)
Uji komp resibilitas dilakukan dengan alat yang disebut bulk density. Persen kompresibilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus:


Tabel Hubungan Presentase Kompresibilitas Terhadap Sifat Air Granul (Foe, 2008)
Presentase Kompresibilitas
Sifat aliran
5-15
Sangat baik
12-16
Baik
18-21
Cukup baik
23-35
Buruk
35-38
Sangat buruk
>40
Sangat buruk sekali

ü  Distribusi ukuran partikel (Voight, 1994)
Distribusi ukuran partikel sangat penting untuk memperoleh granul yang kompak dan tidak mudah hancur. Distribusi ukuran partikel diperoleh dengan metode pengayakan dengan menggunakan alat yang disebut sieving analyzer (Voight, 1994).

ü  Sifat Alir (Aulton, 1988; Lachman, 1994)
Untuk menentukan sifat alir berlaku sudut kemiringan aliran, jika suatu zat berupa serbuk mengalir bebas dari sebuah corong berbentuk kerucut. Adapun untuk mengukur sudut henti adalah dengan mengukur tinggi dan diameter kerucut yang dihasilkan, sedangkan untuk mengukur laju alir adalah dengan menghitung waktu yang dibutuhkan sejumlah granul untuk dapat habis melewati corong (Voight, 1994). Syarat sudut hrnti yang baik adalah < 30o dan laju alir yang baik adalah 4-10 gram/detik (Lachman, 1994).

b.      Evaluasi Tablet
ü  Pemeriksaan organoleptik (Ansel, 1989)
Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, rasa, bau, penampilan, tekstur permukaan, derajat kecacatan seperti serpihan, dan kontaminasi benda asing (rambut, tetesan minyak, kotoran). Warna yang tidak seragam dan adanya kecacatan pada tablet selain dapat menurunkan nilai estetikanya juga dapat menimbulkan persepsi adanya ketidakseragaman kandungan dan kualitas produk yang buruk.

ü  Keseragaman bobot (Depkes, 1979)
Pada tablet yang didesain mengandung sejumlah obat di ddalam sejumlah formula, bobot tablet yang dibuat harus diperiksa secara acak untuk memastikan bahwa setiap tablet mengandung obat dengan jumlah yang tepat. Syatar keseragaman obat menurut Farmakope Indonesia Jilid III adalah bila bobot rata-rata lebih dari 300mg, jika ditimbang satu per satu tidak lebih dari 2 buah tablet yang masing-masing bobotnya menyimpang 5% dari bobot rata-ratanya, dan tidak ada satu pun tablet yang bobotnya menyimpang leih dari 10% dari bobot rata-ratanya.

ü  Keseragaman ukuran
Ukuran tablet meliputi diameter dan ketebalan. Ketebalan inilah yang berhubungan dengan proses pembuatan tablet, karena harus terkontrol sampai perbedaan 5% dari nilai rata-rata. Pengontrolan ketebalan tablet diperlukan agar dapat diterima oleh konsumen dan dapat mempermudah pengemasan (Ansel, 1989).
Syarat keseragaman ukuran berdasarkan Farmakope Indonesia Jilid III adalah kecuali dinyatakan lain, diameter tablet tidak lebih dari 3 kai dan tidak kurang dari 11/3 kali tebal tablet.
ü  Friabilitas (Lachman, 1994)
Friabilitas dinyatakan sebagai persentase selisih bobot sebelum dan sesudah pengujian, dibagi dengan bobot mula-mula. Tablet yang baik memiliki keregasan kurang dari 1%.

ü  Kekerasan
Tablet harus memiliki kekuatan atau kekerasan tertentu agar tahan terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan, pengepakan, dan transportasi. Tablet hisap biasanya memiliki kekerasan lebih tinggi dibandingkan dengan tablet biasa. Syarat kekerasan tablet hisap adalah lebih dari 10kg/cm3 (Hasyim dkk, 2008).




















BAB III
KESIMPULAN

Tablet hisap adalah bentuk lain dari tablet untuk pemakaian dalam rongga mulut. Tablet ini digunakan dengan tujuan memberi efek lokal pada mulut atau kerongkongan yang umumnya diberikan sebagai pengobatan sakit tenggorokan atau untuk mengurangi batuk pada influenza, atau dapat pula mengandung anastetika lokal, berbagai antiseptik dan antibakteri, demulsen, astringen dan antitusif. Jenis tablet ini dirancang agar tidak hancur di dalam rongga mulut tetapi melarut atau terkikis secara perlahan-lahan dalam waktu 30 menit atau kurang. Bahan tambahan yang digunakan untuk pembuatan tablet hisap meliputi bahan pembawa, bahan pengikat, bahan pelincir, zat warna dan pemberi rasa. Metode yang sering digunakan dalam pembuatan tablet hisap adalah metode evaluasi granul dan evaluasi tablet. Evaluasi granul meliputi uji kadar lembab, uji kompresibilitas, distribusi ukuran partikel dan sifat alir. Sedangkan evalausi tablet meliputi pemeriksaan organoleptik, keseragaman bobot, keseragaman ukuran, friabilitas dan kekerasan.














DAFTAR PUSTAKA

Ansel, H.c. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi 4. Jakarta: UI Press
Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen  kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen kesehatan RI
Departemen kesehatan RI. 1989. Materia Medika Indonesia Jilid V. Jakarta: Departemen kesehatan RI
Foe, Kuncoro dkk. 2008. Pengaruh Berbagai Konsentrasi Guar Gum Sebagai Pengikat Pada Sediaan Tablet Hisap Ekstrak Akar Gingseng. Jurnal Obat Bahan Alam Vol. 7(1), hal 19-27.
Hasyim, Nursian dkk. 2008. Studi Formulasi Tablet Hisap Sari Kencur  Dengan Membandingkan Gelatin Dan Polivinil Pirolidon Sebagi Bahan Pengikat. Majalah Farmasi dan Farmakologi Vol. 12 no.3.
Lachman, Leon. Lieberman, Herbert A. Kanig, Joseph L. 1989. Teori dan Praktek Farmasi  Industri I, edisi ketiga. Jakarta: UI Press. Hal 101, 107, 132-134.
Lachman, Leon. Lieberman, Herbert A. Kanig, Joseph L. 1989. Teori Dan Praktek Farmasi  Industri Ii, edisi ketiga. Jakarta: UI Press. Hal 713.
Siregar, Chareles JP. 2010. Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: dasar-dasar praktis. Jakarta: EGC
Voight, Rudolf. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi V. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta



Komentar

Postingan Populer