Langsung ke konten utama

Analisis Obat Analgetik-Antipiretik. ppt Maret 28, 2020

perhitungan resep bab II

BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Resep Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker baik secara paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan perundang-undanganan yang berlaku. I. RESEP 1 R / Biolincom 350mg      Acetosal 250mg      Cetinal   1mg      Lameson 5mg      Curcuma 1tab Mf. Pulv dtd No XXI     S3dd1 Pro         : An. Faiza Umur    : 9 thn                                                   ...

Tanaman Transgenik Dan Macam-macam Tanaman Transgenik Sebagai Terobosan Teknologi Dalam Industri Pertanian

Latar Belakang

      variasi pangan yang dikonsumsi manusia terus mengalami perubahan

      Berbagai upaya dilakukan demi meningkatkan mutu dan gizi  serta untuk menghasilkan sifat –sifat terbaik pada tumbuhan salah satunya melalui bioteknologi yaitu rekayasa genetik

      industri dan pemerintah di seluruh dunia terlalu menekankan manfaat tanaman transgenik

      Tanaman trasgenik dianggap bermanfaat bagi lingkungan, memecahkan krisis pangan, meningkatkan nutrisi pangan, meningkatkan produksi tanaman pangan serta berpotensi menyelesaikan masalah kelaparan di dunia.

      Namun Pro kontra terjadi pada aspek keamanan dan mutu pangan transgenik serta pada aspek kelestariankelestarian lingkungan

      Timbulnya bahaya ekologis dan ancaman keamanan pangan yang membahayakan kesehatan manusia atau binatang yang mengonsumsi makanan yang berasal dari tanaman transgenik yang patut menjadi perhatian semua pihak.

 

 

Tanaman Transgenik

                 Transgenik terdiri dari kata trans yang berarti pindah dan gen yang berarti pembawa sifat. Jadi transgenik adalah memindahkan gen dari satu makhluk hidup kemakhluk hidup lainnya, baik dari satu tanaman ketanaman lainnya, atau dari gen hewan ke tanaman. Transgenik secara definisi adalah the use of gene manipulation to permanently modify the cell or germ cells of organism (penggunaan manipulasi gen untuk mengadakan perubahan yang tetap pada sel makhluk hidup).

Tanaman transgenik pertama kalinya dibuat tahun 1973 oleh Herbert Boyer dan Stanley Cohen. Pada tahun 1988 telah ada sekitar 23 tanaman transgenik, pada tahun 1989 terdapat 30 tanaman, pada tahun 1990 lebih dari 40 tanaman. Secara sederhana tanaman transgenik dibuat dengan cara mengambil gen-gen tertentu yang baik pada makhluk hidup lain untuk disisipkan pada tanaman, penyisipaan gen ini melalui suatu vector (perantara) yang biasanya menggukan bakteri Agrobacterium tumefeciens untuk tanaman dikotil atau partikel gen untuk tanaman monokotil, lalu diinokulasikan pada tanaman target untuk menghasilkan tanaman yang dikehendaki. Tujuan dari pengembangan tanaman transgenik ini diantaranya adalah

menghambat pelunakan buah (pada tomat).

tahan terhadap serangan insektisida, herbisida, virus.

meningkatkan nilai gizi tanaman, dan

meningkatkan kemampuan tanaman untuk hidup pada lahan yang ektrem seperti lahan  kering, lahan keasaman tinggi dan lahan dengan kadar garam yang tinggi.

Melihat potensi manfaat yang disumbangkan, pendekatan bioteknologi dipandang mampu menyelesaikan problematika pangan dunia terutama di negara-negara yang sedang berkembang seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju (Winarno dan Agustina,2007)

Antara tahun 1996-2001 telah terjadi peningkat an yang sangat dramatis dalam adopsi atau penanaman tanaman GMO (Genetically Modified Organism) di seluruh dunia. Daerah penanaman global tanaman transgenik meningkat dari sekitar 1,7 juta ha pada tahun 1996 menjadi 52,6 juta ha pada tahun 2001. Peningkatan luas tanam GMO tersebut mengindikasikan semakin banyaknya petani yang menanam tanaman ini baik di negara maju maupun di  negara berkembang. Sebagian besar tanaman transgenik ditanam di negara-negara maju. Amerika Serikat sampai sekarang merupakan negara produsen terbesar di dunia. Pada tahun 2001, sebanyak 68% atau 35,7 juta ha tanaman transgenik ditanam di Amerika Serikat.

Sampai saat ini, kedelai merupakan produk GMO terbesar yaitu 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari seluruh tanaman GMO. Kedelai tahan herbisida banyak ditanam di AS, Argentina, Kanada, Meksiko, Rumania dan Uruguay. Jagung merupakan tanaman GMO terbesar kedua yang ditanam yaitu seluas 9,8 juta ha sedangkan luas tanaman kapas GMO yang ditanam adalah sekitar 6,8 juta ha . Sifat yang terdapat dari tanaman GMO pada umumnya adalah resisten terhadap herbisida, pestisida, hama serangga dan penyakit serta untuk meningkatkan nilai gizi.

 

a. Tanaman Transgenik Tahan Kekeringan

Tanaman tahan kekeringan memiliki akar yang sanggup menembus tanah kering, kutikula yang tebal sehingga mengurangi kehilangan air dan kesanggupan menyesuaikan diri dengan garam di dalam sel. Tanaman toleran terhadap kekeringan ditransfer dari gen kapang yang mengeluarngkan enzim trehalose. Tembakau adalah salah satu tanaman yang dapat toleran terhadap suasana kekeringan.

b. Tanaman Transgenik Resisten Hama

Bacillus thuringiensis menghasilkan protein toksin sewaktu terjadi sporulasi atau saat bakteri memberntuk spora. Dalam bentuk spora, berat toksin mencapai 20% dari berat spora. Apabila larva serangga memakan spora, maka di dalam alat pencernaan larva serangga tersebut, spora bakteri pecah dan mengeluarkan toksin. Toksin yang masuk ke dalam membran sel alat pencernaan larva mengakibatkan sistem pencernaan tidak berfungsi dengan baik dan pakan tidak dapat diserap sehingga larva mati. Dengan membiakkan Bacillus thuringiensis kemudian diekstrak dan dimurnikan, makan akan diperoleh insektisida biologis (biopestisida) dalam bentuk kristal. Pada tahun 1985 dimulai rekayasa gen dari Bacillus thuringiensis dengan kode gen Bt toksin (Winarno dan Agustina ,2007)

Tanaman tembakau untuk pertama kali merupakan tanaman transgenik pertama yang menggunakan gen BT toksin. Jagung juga telah direkayasa dengan menggunakan gen Bt toksin, tetapi diintegrasikan dengan plasmid bakteri Salmonella parathypi yang menghasilkan gen yang menonaktifkan ampisilin. Pada jagung juga direkayasa adanya resistensi herbisida dan resistensi insektisida sehingga tanaman transgenik jagung memiliki berbagai jenis resistensi hama tanaman. Gen Bt toksin juga direkayasa ke tanaman kapas, bahkan multiplegene dapat direkayasa genetika pada tanaman transgenik. Toksin yang diproduksi dengan tanaman transgenik menjadi nonaktif apabila terkena sinar matahahari, khususnya sinar ultraviolet.

c. Tanaman Transgenik Resisten Penyakit

Perkembangan yang signifikan juga terjadi pada usaha untuk memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan gen penyandi tanaman terselubung (coat protein) Johnson grass mosaic poty virus (JGMV) ke dalam suatu tanaman, diharapkan tanaman tersebut menjadi resisten apabila diserang oleh virus yang bersangkutan. Potongan DNA dari JGMV, misalnya daRi protein terselubung dan protein nuclear inclusion body (Nib) mampu diintegrasikan pada tanaman jagung dan diharapkan akan menghasilkan tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Virus JGMV menyerang beberapa tanaman yang tergolong dalam famili Graminae seperti jagung dan sorgum yang menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup besar. Gejala yang ditimbulkan dapat diamati pada daun berupa mosaik, nekrosa atau kombinasi keduanya. Akibat serangan virus ini, kerugian para petani menjadi sangat tinggi atau bahkan tidak panen sama sekali.

 

 

Contoh Tanaman yang telah Menggunakan Teknologi Rekayasa Genetika

Berikut ini disajikan berbagai tanaman hasil rekayasa genetika dan keunggulannya dibandingkan dengan tanaman biasa yang sejenis

a. Kedelai Transgenik

Kedelai merupakan produk Genetically Modified Organism terbesar yaitu sekitar 33,3 juta ha atau sekitar 63% dari total produk GMO yang ada. Dengan rekayasa genetika, dihasilkan tanaman transgenik yang tahan terhadap hama, tahan terhadap herbisida dan memiliki kualitas hasil yang tinggi. Saat ini secara global telah dikomersialkan dua jenis kedelai transgenik yaitu kedelai toleran herbisida dan kedelai dengan kandungan asam lemak tinggi

b. Jagung Transgenik

Di Amerika Serikat, komoditi jagung telah mengalami rekayasa genetika melalui teknologi rDNA, yaitu dengan memanfaatkan gen dari bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) untuk menghindarkan diri dari serangan hama serangga yang disebut corn borer sehingga dapat meningkatkan hasil panen. Gen Bacillus thuringiensis yang dipindahkan mampu memproduksi senyawa pestisida yang membunuh larva corn borer tersebut

Berdasarkan kajian tim CARE-LPPM IPB menunjukkan bahwa pengembangan usaha tani jagung transgenik secara nasional memberikan keuntungan ekonomi sekitar Rp. 6,8 triliun. Keuntungan itu berasal dari mulai peningkatan produksi jagung, penghematan usaha tani  hingga penghematan devisa negara dengan berkurangnya ketergantungan akan impor jagung .

Dalam jangka pendek pengembangan jagung transgenik akan meningkatkan produksi jagung nasional untuk pakan sebesar 145.170 ton dan konsumsi langsung 225.550 ton. Sementara dalam jangka panjang, penurunan harga jagung akan merangsang kenaikan permintaan jagung baik oleh industri pakan maupun konsumsi langsung. Bukan hanya itu, dengan meningkatkan produksi jagung Indonesia juga menekan impor jagung yang kini jumlahnya masih cukup besar. Pada tahun 2006, impor jagung masih mencapai 1,76 juta ton. Secara tidak langsung, penggunaan tanaman transgenik juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

c. Kapas Transgenik

Kapas hasil rekayasa genetika diperkenalkan tahun 1996 di Amerika Serikat. Kapas yang telah mengalami rekayasa genetika dapat menurunkan jumlah penggunaan insektisida. Diantara gen yang paling banyak digunakan adalah gen cry (gen toksin) dari Bacillus thuringiensis, gen-gen dari bakteri untuk sifat toleransi terhadap herbisida, gen yang menunda pemasakan buah. Bagi para petani, keuntungan dengan menggunakan kapas transgenik adalah menekan penggunaan pestisida atau membersihkan gulma tanaman dengan herbisida secara efektif tanpa mematikan tanaman kapas. Serangga merupakan kendala utama pada produksi tanaman kapas. Di samping dapat menurunkan produksi, serangan serangga hama dapat menurunkan kualitas kapas.Saat ini lebih dari 50 persen areal pertanaman kapas di Amerika merupakan kapas transgenik dan beberapa tahun ke depan seluruhnya sudah merupakan tanaman kapas transgenik. Demikian juga dengan Cina dan India yang merupakan produsen kapas terbesar di dunia setelah Amerika Serikat juga secara intensif telah mengembangkan kapas transgenik.

d. Tomat Transgenik

Pada pertanian konvensional, tomat harus dipanen ketika masih hijau tapi belum matang. Hal ini disebabkan akrena tomat cepat lunak setelah matang. Dengan demikian, tomat memiliki umur simpan yang pendek, cepat busuk dan penanganan yang sulit. Tomat pada umumnya mengalami hal tersebut karena memiliki gen yang menyebabkan buah tomat mudah lembek. Hal ini disebabkan oleh enzim poligalakturonase yang berfungsi mempercepat degradasi pektin.

Tomat transgenik memiliki suatu gen khusus yang disebut antisenescens yang memperlambat proses pematangan (ripening) dengan cara memperlambat sintesa enzim poligalakturonase sehungga menunda pelunakan tomat. Dengan mengurangi produksi enzim poligalakturonase akan dapat diperbaiki sifat-sifat pemrosesan tomat. Varietas baru tersebut dibiarkan matang di bagian batang tanamannya untuk waktu yang lebih lama sebelum dipanen. Bila dibandingkan dengan generasi tomat sebelumnya, tomat jenis baru telah mengalami perubahan genetika, tahan terhadap penanganan dan ditransportasi lebih baik, dan kemungkinan pecah atau rusak selama pemrosesan lebih sedikit.

e. Kentang Transgenik

Mulai pada tanggal 15 Mei 1995, pemerintah Amerika nebyetujui untuk mengomersialkan kentang hasil rekayasas genetika yang disebut Monsanto sebagai perusahaan penunjang dengan sebutan kentang “New Leaf”. Jenis kentang hybrid tersebut mengandung materi genetic yang memnungkinkan kentang mampu melindungi dirinya terhadap serangan Colorado potato beetle. Dengan demikian tanaman tersebut dapat menghindarkan diri dari penggunaan pestisida kimia yang digunakan pada kentang tersebut. Selain resisten terhadap serangan hama, kentang transgenik ini juga memiliki komposisi zat gizi yang lebih baik bila dibandingkan dengan kentang pada umumnya. Hama beetle Colorado merupakan suatu jenis serangga yang paling destruktif untuk komoditi kentang di Amerika dan mampu menghancurkan sampai 85% produksi tahunan kentang bila tidak ditanggulangi dengan baik.

Daya perlindungan kentang transgenik tersebut berasal dari bakteri Bacillus thuringiensis sehingga kentang transgenik ini disebut juga dengan kentang Bt. Sehingga diharapkan melalui kentang transgenik ini akan membantu suplai kentang yang berkesinambungan, sehat dan dalam jangkauan daya beli masyarakat.

Beberapa contoh tanaman transgenik yang dikembangkan di dunia tertera pada tabel di bawah ini.

Jenis tanaman

Sifat yang telah dimodifikasi

Modifikasi

Foto

Padi

Mengandung provitamin A (beta-karotena) dalam

jumlah tinggi.

Gen dari tumbuhan narsis, jagung, dan bakteri Erwinia disisipkan pada kromosom padi.

Jagung, kapas, kentang

Tahan (resisten) terhadap hama.

Gen toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis ditransfer ke dalam tanaman.

 

Tembakau

Tahan terhadap cuaca dingin.

Gen untuk mengatur pertahanan pada cuaca dingin dari tanaman 

Arabidopsis thaliana atau dari sianobakteri (Anacyctis nidulans) dimasukkan ke tembakau.

Tomat

Proses pelunakan tomat diperlambat sehingga tomat dapat disimpan lebih lama dan tidak cepat busuk.

Gen khusus yang disebut antisenescens ditransfer ke dalam tomat untuk menghambat enzim poligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat). Selain menggunakan gen dari bakteri E. coli, tomat transgenik juga dibuat dengan memodifikasi gen yang telah dimiliki

nya secara alami.

Kedelai

Mengandung asam oleat tinggi dan tahan terhadap herbisida glifosat.Dengan demikian, ketika disemprot dengan herbisida tersebut, hanya gulma di sekitar kedelai yang akan mati.

Gen resisten herbisida dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dimasukkan ke kedelai dan juga digunakan teknologi molekular untuk meningkatkan pembentukan asam oleat.

Ubi jalar

Tahan terhadap penyakit tanaman yang disebabkan virus.

Gen dari selubung virus tertentu ditransfer ke dalam ubi jalar dan dibantu dengan teknologi peredaman gen.

Kanola

Menghasilkan minyak kanola yang mengandung asam laurat tinggi sehingga lebih menguntungkan untuk kesehatan dan secara ekonomi.Selain itu, kanola transgenik yang disisipi gen penyandi vitamin E juga telah ditemukan.

Gen FatB dari Umbellularia californica ditransfer ke dalam tanaman kanola untuk meningkatkan kandungan asam laurat.

Pepaya

Resisten terhadap virus tertentu,contohnya Papaya ringspot virus (PRSV).

Gen yang menyandikan selubung virus PRSV ditransfer ke dalam tanaman pepaya.

Melon

Buah tidak cepat busuk.

Gen baru dari bakteriofag T3 diambil untuk mengurangi pembentukan hormon etilen (hormon yang berperan dalam pematangan buah) di melon.

Bit gula

Tahan terhadap herbisida glifosat dan glufosinat.

Gen dari bakteri Agrobacterium galur CP4 dan cendawan Streptomyces viridochromogenes ditransfer ke dalam tanaman bit gula.

Prem (plum)

Resisten terhadap infeksi virus cacar prem (plum pox virus).

Gen selubung virus cacar prem 

Ditransfer ke tanaman prem.

Gandum

Resisten terhadap peyakit hawar yang disebabkan cendawan Fusarium.

Gen penyandi enzim kitinase (pemecah dinding sel cendawan) dari jelai (barley) ditransfer ke tanaman gandum.

 

 

 

Keunggulan Tanaman Rekayasa Genetika (Genetically Modified Organism)

WHO telah meramalkan bahwa populasi dunia akan berlipat dua pada tahun 2020 sehingga diperkirakan jumlah penduduk akan lebih dari 10 milyar. Karena kondisi tersebut, produksi pangan juga harus ditingkatkan demi menjaga kesinambungan manusia dengan bahan pangan yang tersedia. Namun yang menjadi kendala, jumlah sisa lahan pertanian di dunia yang belum termanfaatkan karena jumlah yang sangat kecil dan terbatas. Dalam menghadapi masalah tersebut, teknologi rDNA atau Genetically Modified Organism (GMO) akan memiliki peranan yang sangat penting. Teknologi rDNA dapat menjadi strategi dalam peningkatan produksi pangan dengan keunggulan-keunggulan sebagai berikut :

- Mereduksi kehilangan dan kerusakan pasca panen

- Mengurangi resiko gagal panen

- Meningkatkan rendemen dan produktivitas

- Menghemat pemanfaatan lahan pertanian

- Mereduksi kebutuhan jumlah pestisida dan pupuk kimia

- Meningkatkan nilai gizi

- Tahan terhadap penyakit dan hama spesifik, termasuk yang disebabkan oleh virus.

 

Proses Pembuatan Tanaman Transgenik

Untuk membuat suatu tanaman transgenik, pertama-tama dilakukan identifikasi atau pencarian gen yang akan menghasilkan sifat tertentu (sifat yang diinginkan).Gen yang diinginkan dapat diambil dari tanaman lain, hewan, cendawan, atau bakteri. Setelah gen yang diinginkan didapat maka dilakukan perbanyakan gen yang disebut dengan istilah kloning gen.Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning (agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteri tersebut.Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian tertentu, salah satunya adalah bagian daun.Transfer gen ini dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu metode senjata gen, metode transformasi DNA yang diperantarai bakteri Agrobacterium tumefaciens, dan elektroporasi (metode transfer DNA dengan bantuan listrik).

 1. Metode senjata gen atau penembakan mikro-proyektil.

Metode ini sering digunakan pada spesies jagung dan padi.Untuk melakukannya, digunakan senjata yang dapat menembakkan mikro-proyektil berkecepatan tinggi ke dalam sel tanaman.Mikro-proyektil tersebut akan mengantarkan DNA untuk masuk ke dalam sel tanaman. Penggunaan senjata gen memberikan hasil yang bersih dan aman, meskipun ada kemungkinan terjadi kerusakan sel selama penembakan berlangsung.

 2. Metode transformasi yang diperantarai oleh Agrobacterium tumefaciens.

Bakteri Agrobacterium tumefaciens dapat menginfeksi tanaman secara alami karena memiliki plasmid Ti, suatu vektor (pembawa DNA) untuk menyisipkan gen asing.Di dalam plasmid Ti terdapat gen yang menyandikan sifat virulensi untuk menyebabkan penyakit tanaman tertentu.Gen asing yang ingin dimasukkan ke dalam tanaman dapat disisipkan di dalam plasmid Ti. Selanjutnya, A. tumefaciens secara langsung dapat memindahkan gen pada plasmid tersebut ke dalam genom (DNA) tanaman.Setelah DNA asing menyatu dengan DNA tanaman maka sifat-sifat yang diinginkan dapat diekspresikan tumbuhan.

 3. Metode elektroporasi.

Pada metode elektroporasi ini, sel tanaman yang akan menerima gen asing harus mengalami pelepasan dinding sel hingga menjadi protoplas (sel yang kehilangan dinding sel).Selanjutnya sel diberi kejutan listrik dengan voltase tinggi untuk membuka pori-pori membran sel tanaman sehingga DNA asing dapat masuk ke dalam sel dan bersatu (terintegrasi) dengan DNA kromosom tanaman. Kemudian, dilakukan proses pengembalian dinding sel tanaman.

Setelah proses transfer DNA selesai, dilakukan seleksi sel daun untuk mendapatkan sel yang berhasil disisipi gen asing.Hasil seleksi ditumbuhkan menjadi kalus (sekumpulan sel yang belum terdiferensiasi) hingga nantinya terbentuk akar dan tunas.Apabila telah terbentuk tanaman muda (plantlet), maka dapat dilakukan pemindahan ke tanah dan sifat baru tanaman dapat diamati.

 

Dampak Positif Transgenik
1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber

    yang lebihsedikit.
2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem sehingga 

akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.

3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

Dampak Negatif Transgenik

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:

A. Aspeksosial,meliputi:

1. Aspek ekonomi

 

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa

 

 

B. Aspek kesehatan

 

1. Potensi toksisitas bahan pangan

 

Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan.

2. Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan


WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae.

 

C.Aspek lingkungan

1. Potensi erosi plasma nutfah

Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut.


2. Potensi pergeseran gen


Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah.



3. Potensi pergeseran ekologi


Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut.

 

 

Perbedaaan pemuliaan tanaman konvensional dengan pemuliaan tanaman secara transgenik

Pemuliaan tanaman secara konvensional:

1.      Gen yang dipindahkan berasal dari spesies yang sama

2.      Pemindahan gen melalui perkawinan inter spesies

Pemuliaan tanaman secara transgenik:

1.      Gen yang dipindahkan berasal dari spesies yang berbeda

2.      Pemindahan gen melalui rekayasa genetika tanaman

 

Pelepasan  varietas  suatu  tanaman  di  Indonesia  diatur  melalui  Keputusan Menteri  Pertanian  No.  902/Kpts/TP.240/12/96  tentang  Pengujian,  Penilaian  dan pelepasan varietas yang kemudian pada tahun 1998 direvisi menjadi KepMentan No. 737/Kpts/TP.240/9/98.  Varietas tersebut dapat berupa kultivar, galur,  komposit, klon, transgenik, mutan dan hibrida.   Tanaman transgenik yang sudah mendapatkan  ketetapan  aman  hayati dan keamanan  pangan  melalui  rekomendasi  dari  KKHKP  bisa  diajukan  untuk pelepasan varietas ke Badan Benih Nasional (BBN). BBN dalam tugasnya sehari-hari dibidang  penilaian  dan  pelepasan  varietas  dibantu  oleh  Tim  Penilai  dan  Pelepas Varietas (TPPV) terdiri dari  para  ahli dan  ditetapkan oleh  Menteri Pertanian.  Apabila dianggap  perlu  dalam  rangka  pengawasan dan pembinaan, anggota TPPV dapat melakukan peninjauan ke lokasi pengujian. TPPV menilai dan mengevaluasi hasil uji adaptasi atau observasi. Apabila dipandang perlu dalam mengevaluasi tersebut TPPV dapat mnengundang pakar dalam bidang keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan.

 

MASALAH YANG DIHADAPI DAN PENYELESAIANNYA

 

METODE YANG DIGUNAKAN DALAM PERAKITAN TANAMAN TRANSGENIK

Kadang dalam  perakitan  varietas tanaman  tahan  serangga  hama,  pemulia  konvensional  menghadapi  suatu  kendala yang sulit dipecahkan,  yaitu langkanya  atau tidak  adanya sumber gen ketahanan di dalam koleksi plasma nutfah. Contoh sumber gen ketahanan yang langka adalah gen ketahanan  terhadap  serangga  hama,  misalnya  penggerek  batang  padi,  penggerek polong  kedelai,  hama boleng ubi jalar, penggerek  buah kapas  (cotton bolworm), dan penggerek jagung. Sifat-sifat ketahanan tersebut berasal dari gen-gen (materi genetik) yang diambil dari sumber yang berkualitas tersebut dapat berasal dari  mikroorganisme, hewan dan dari jaringan tanaman yang telah diketahui memiliki gen ketahanan tertentu.

Teknologi transfer gen digunakan untuk mendapatkan tanaman hasil rekayasa genetika (tanaman transgenik) yang mempunyai sifat unggul yang diinginkan. Metode transfer gen dibedakan menjadi dua yaitu:

 

A. Transfer gen secara langsung.

1. Particle bombardment (penembakan partikel / gene gun)

Prinsip  dari  metode  ini  adalah  penembakan  partikel  DNA-coated  secara langsung ke sel atau jaringan tanaman.

 

2. Karbid silikon

Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan serat karbid silikon dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan ke dalam tube (tabung eppendorf) kemudian dicampur dan diputar menggunakan vortex. 

 

3. Elektroporasi

Metode transfer DNA yang umum digunakan pada tanaman monokotil adalah elektroporasi dari protoplas.  Elektroporasi  menggunakan  perlakuan  listrik bervoltase tinggi menyebabkan permiabilitas tibnggi pada membran sel dengan membentuk  pori-pori  sehingga DNA mudah penetrasi kedalam proptoplas. Perlakuan  elektroporasi ini seringkali  dikombinasikan  dengan  perlakuan  poly ethylene glycol (PEG) pada protoplas.

 

B. Transfer gen secara tidak langsung

Pada tanaman monokotil, transfer gen sering menggunakan Agrobacterium tumefaciens. Agrobacterium tumefaciens strain liar (galur alami) memiliki plasmid Ti. Pada plasmid Ti terdapat T-DNA digunakan sebagai vektor untuk transformasi  tanaman  yang  telah dihilangkan virulensinya (disarmed), sehingga sel tanaman yang ditransformasi mampu beregenerasi menjadi tanaman sehat hasil rekayasa genetika. Gen yang diinginkan dimasukkan ke dalam sel tanaman dengan cara  menitipkannya (menyisipkan) pada T-DNA.

 

 

 

 

CONTOH TANAMAN TRANSGENIK

Tabel tanaman transgenik  

Tanaman

Gen ketahanan

Sumber gen

Hasil

Azuki bean

α-amylase inhibitor

Tanaman common

bean

Tahan serangan hama Kumbang Brucus

Kacang pea     

(Pisum

sativum L.)

α-amylase inhibitor

common bean

Tahan serangan hama Bruchus pisorium

Kapas 

Bt   

Bacillus thuringiensis

Tahan serangan hama Cotton bollworm

Jagung    

Bt

Bacillus thuringiensis

Tahan serangan hama Corn borer

Kentang

Bt

Bacillus thuringiensis

 

Tahan serangan hama Colorado potato

Beetle

Kentang

Rpi-blb

-

Tahan serangan hama Phytopthora infestans

Tomat Flavr Savr

polygalacturonase (PG)

Sejenis ikan yang hidup di Antartika

Tahan lama dalam penyimpanan

 

Tomat flavr Savr buahnya lambat masak sehingga mampu bertahan lama ketika di simpan untuk di ekspor ke daerah lain dan mengurangi biaya pengemasan karena tidak membutuhkan alat pendingin.

 

Jagung Bt tahan serangan hama Corn borer karena dapat menghasilkan toksin pada bakteri.

Jagung Bt transgenik

Jagung normal

 

Tomat Bt yang mengandung gen Bt mampu bertahan dari serangan hama karena menghasilkan toksin yang dapat membunuh hamanya.

Tomat Bt yang tahan hama hama

Tomat biasa yang tidak tahan hama

 

 

 

 

 

 

Tomat tanpa biji hasil dari transgenik

Tomat normal

Tomat hasil transgenik

 

Tomat lemrosato merupakan hasil transgenik dengan aroma lemon dan mawar yang mengandung reduksi lycopen yang baik sebagai antioksidan yang baik buat kesehatan tubuh.

Kentang hasil transgenik mampu menghasilkan senyawa toksin yang mampu membunuh serangga penggerek akar yang dapat mengurangi jumlah produksi kentang bahkan dapat membunuh tanaman kentang tersebut.

Kentang transgenik

Kentang normal

 

KEUNTUNGAN TANAMAN TRANSGENIK

1.      Peningkatan kualitas biji-bijian

2.      Peningkatan kadar protein

3.      Pembentukan tanaman resisten hama, penyakit, dan herbisida

4.      Pembentukan tanaman toleran kekeringan, tanah masam, suhu ektrem

5.      Pembentukan tanaman yang lebih bernilai nutrisi tinggi, seperti vit C, E dan β-karoten

KELEMAHAN TANAMAN TRANSGENIK

1.      Bioetik

2.      Keamanan dan kekhawatiran

3.      Paten dari organisme hasil rekayasa genetik

4.      Penggunaan untuk terapi gen dan jaringan pada manusia

5.      Tanggung jawab sosial dari sain dalam bisnis

 

BEBERAPA  GEN  YANG DI GUNAKAN DALAM TEKNOLOGI TRANSGENIK

  • ANTIFREEZE GENE
  • NUTRITIONAL
  • GROWTH ENHANCEMENT

Keuntungan :

  1. Memungkinkan ekspansi akuakultur ke lingkungan baru atau menciptakan organisme dengan tujuan baru
  2. Meningkatkan jumlah produksi

Keuntungan lain

  1. Laju pertumbuhan meningkat dihasilkan melalui injeksi gen hormon pertumbuhan (growth hormon)

Spesies

Construct

Reference

Goldfish

mMT/hGH

Zhu et al. (1985)

Trout

SV40/hGH

Chourrout et al. (1986)

Cathfish

mMT/hGH

Dunham and Eash (1987)

Salmon

FAFP/fAFP

Fletcher et al. (1988)

Loach

mMT/hGH

Benyumov et al. (1989)

Medaka

FLus/fLuc

Tamiya et al. (1990)

Pike

RSV/bGH

Guise et al. (1991)

Common carp

mMT/hGH

Hernandez  et al. (1993)

 

  1. Nutrisi (peningkatan efisiensi pemanfaatan pakan)      semakin efisien penggunaan pakan oleh ikan maka peluang tercapainya keuntungan akan lebih besar
  2. Perubahan Karakteristik Reproduksi
  3. Kontrol Penyakit (memanipulasi secara langsung pada sistem kekebalan ikan)
  4. Perluasan kisaran lingkungan dalam budidaya (penggunaan antifreeze gene)

Kerugian :

Bersifat merugikan terhadap ekologi

lingkungan, genetik, health, safety dan

resiko sosial lainnya.

Exs : adanya perubahan rasa, bentuk dsb

 

Teknologi Transgenik

  1. Teknologi transgenik langsung

            a. Metode elektroporasi.

v  Polythyleneglycol (PEG) memudahkan presipitasi DNA dan membuat kontak lebih baik dengan protoplas, juga melindungi DNA plasmid mengalami degradasi dari enzim nuklease.

v  Elektroporasi dengan perlakukan listrik voltase tinggi meyebabkan permeabilitasi tinggi untuk sementara pada membran sel dengan membentuk pori-pori sehingga DNA mudah penetrasi kedalam protoplas. Integritas membran kembali membaik seperti semula dalam beberapa detik sampai semenit setelah perlakuan listrik. Jagung dan padi telah berhasil dengan sukses ditransformasi melalui elektorporasi dengan efisien antara 0,1 – 1 %.

b. Karbid silikon (silicon carbide)

v              Suspensi sel tanaman yang akan ditransformasi dicampur dengan serat silicon carbide dan DNA plasmid dari gen yang diinginkan dimasukkan kedalam tabung Eppendorf, kemudian dilakukan pencampuran dan pemutaran dengan vortex. Serat karbid berfungsi sebagai jarum injeksi mikro (micro injection ) untuk memudahkan transfer DNA kedalam sel tanaman

c. Penembakan partikel (Particle bombardment)

v  Teknik paling modern dalam transformasi tanaman adalah penggunaan metoda gene gun atau particle bombardment.

v  Metode transfer gen ini dioperasikan secara fisik dengan menembakkan partikel DNA-coated langsung ke sel atau jaringan tanaman.

v  Dengan cara: partikel dan DNA yang ditambahkan menembus dinding sel dan membran, kemudian DNA melarut dan tersebar dalam secara independen.

2.      Teknologi transgenik tidak langsung

Metode Agrobacterium

  • Metode Agrobacterium melibatkan penggunaan bakteri tanah dikenal sebagai Agrobacterium tumefaciens yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi sel-sel tumbuhan dengan sepotong DNA-nya.
  • Potongan DNA yang menginfeksi tanaman terintegrasi ke dalam kromosom tanaman melalui tumor-inducing plasmid (Ti plasmid) yang dapat mengontrol system selular tanaman dan menggunakannya untuk membuat banyak salinan DNA bakterinya sendiri.
  • Ti plasmid adalah partikel DNA besar berbentu lingkaran yang mereplikasi secara independen dari kromosom bakteri .

Contoh Hasil Tanaman Transgenik

  1. Golden Rice

            Golden rice memiliki bentuk dan ukuran yang sama seperti beras umumnya. Dengan warna kuning keemasan. Berbeda dengan nasi umumnya yang diketahui tinggi karbohidrat dan indeks glikemik. Beras varietas ini jauh lebih bernutrisi

      Beta karoten adalah zat warna oranye kekuningan, seperti pada tanaman wortel. Ia terbentuk dari bahan dasar (prekusor) geranyl geranyl diphosphate (GGDP).

      Melalui jalur biosintesa, GGDP akan diubah menjadi phytoene, diteruskan menjadi lycopene, dan selanjutnya diubah lagi menjadi beta karoten. Secara alami, dalam biji padi sudah terdapat GGDP, tetapi tidak mampu membentuk beta karoten. Perubahan dari GGDP menjadi phytoene dilaksanakan oleh enzim phytoene synthase (PHY) yang disandi oleh gen phy. Selanjutnya, gen crtI mengkode enzim phytoene desaturase yang bertanggung jawab untuk mengubah phytoene menjadi lycopene. Ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah lycopene menjadi beta karoten, yaitu lycopene cyclase (LYC).

2. Grapple

      Grapple merupakan buah campuran genetik antara apel dan anggur. Buah yang berbentuk seperti apel dengan tekstur sebuah anggur dan rasa dari kedua buah tersebut. 

      Buah ini membuat ukuran dan bentuk apel, tekstur anggur, dan rasa dari kedua sekaligus memberikan, kuat kekuatan tinggi dosis vitamin C. 

3. Pluots

      Plum dan aprikot merupakan buah-buahan lezat yang merupakan penggabungan antara plum dan aprikot melalui proses rekayasa genetik, sehingga dikenal sebagai pluot.

      diperkaya dengan vitamin C dan tidak memiliki natrium atau kolesterol.

4. Lemato

      Transgenik itu mengubah gen basil jeruk Ocimum basilicum, yang menghasilkan enzim pembuat aroma, geraniol synthase

      . Tomat transgenik ini mempunyai warna merah muda karena hanya mempunyai setengah antioksidan “lycopen”, dibandingkan dengan tomat konvensional. 

       Sebagai pengimbang rendahnya kadar lycopen, tomat transgenik memiliki kadar ”terpenoid rawan” yang tinggi, yang berguna sebagai antimikroial, pestisidal dan antifungal, sehingga tomat itu lebih tahan lama dan hanya perlu sedikit pestisida untuk pertumbuhan.

5. Jeruk darah

      Jeruk darah mendapat warna merah khas mereka dari pigmen antosianin yang dikenal juga bermanfaat bagi kesehatan

 

Hewan Transgenik

q  Hewan transgenik merupakan satu alat riset biologi yang potensial dan sangat menarik karena menjadi model yang unik untuk mengungkap fenomena biologi yang spesifik (Pinkert, 1994). 

q  Hewan transgenik menurut Federation of European Laboratory Animal Associations adalah hewan dimana dengan sengaja telah dimodifikasi genome-nya, gen disusun dari suatu organisme yang dapat mewarisi karakteristik tertentu.

Teknologi Transgenik Hewan

1. DNA mikroinjeksi

      Gen yang terpilih yang diambil dari spesies yang sama atau berbeda diinjeksikan ke dalam pronukleus ovum yang telah dibuahi.

      Injeksi ini menggunakan sejenis jarum yang sangat halus, dia dapat menembus membran tanpa merusaknya. Ia masuk melalui protein integral.

      DNA yang akan disisipkan, dimasukkan langsung ke dalam zigot dengan alat ini pada awal pembentukan (belum membelah).

      Tidak memerlukan vektor dalam teknik ini.  

      Percobaan DNA mikroinjeksi pertama kali dicoba pada tikus

2. Transfer gen dengan media retrovirus

      Transfer gen dengan media retrovirus menggunakan retrovirus sebagai vector, kemudian menginjeksikan DNA ke dalam sel inang. DNA dari retrovirus berintegrasi ke dalam germ untuk bekerja

3. Teknologi sel stem embrionik

      Teknologi yang melibatkan sel ES dan sel germ primordial, telah digunakan untuk memproduksi host model tikus.

      Pluripotensial sel ES didapat dari embrio pre-implantasi awal dan dipertahankan pada kultur selama periode tertentu untuk menunjukkan beberapa manipulasi in vitro.

      Sel mungkin diinjeksi langsung pada blastocoel blastosit host atau diinkubasi bergabung dengan morula.

      Embrio host kemudian ditransfer pada host intermediate atau betina pengganti untuk kelanjutan perkembangan. Efisiensi produksi tikus chimera menghasilkan 30% keturunan hidup yang mengandung jaringan terderivasi dari sel stem terinjeksi.

Contoh hewan transgenik

1. Nyamuk Transgenik untuk Penanggulangan DBD.

      Nyamuk transgenik Aedes aegypti  jantan dikembangkan para ilmuwan di bawah bendera Oxitec, lembaga penelitian yang didirikan Universitas Oxford.

      Harapannya adalah Nyamuk-nyamuk transgenik jantan yang dilepaskan akan mencari dan mengawini betina A. aegypti di alam liar, bersaing dengan para pejantan alami.

       Ketika nyamuk jantan transgenik kawin dengan betina liar, keturunannya akan melalui tahap larva (jentik), tetapi mati sebagai kepompong sebelum mencapai dewasa.

      Dengan berulang-ulang melepaskan pejantan transgenik, maka populasi nyamuk pembawa virus ini akan berkurang hingga di bawah tingkat minimum yang diperlukan untuk mendukung penyebaran DBD.

      Metode ini dianggap sebagai alternatif insektisida yang lebih aman karena nyamuk jantan tidak menggigit atau menyebarkan penyakit, dan hanya kawin dengan betina dari spesies yang sama

2. Nyamuk Transgenik untuk Penanggulangan Malaria.

      Penanggulangan Malaria dengan Nyamuk Transgenik adalah dengan cara introduksi/menyebarkan nyamuk transgenik ke alam bebas.

      Nyamuk membawa gen yang dapat menangkis infeksi dari parasit malaria.

      Memasukkan gen GFP (green fluorescent protein atau protein berpendar hijau) ke nyamuk transgenik sehingga mata nyamuk berpendar warna hijau

3. Angelfish Angelfish (Pterophyllum)

      Merupakan  modifikasi secara genetik bersinar dalam akuarium di Taiwan International Aquarium Expo di Taipei 7 November 2012. Ikan ini adalah angelfish pertama yang memancarkan fluoresen pink dan bisa terlihat dalam kegelapan.

4. Kambing Noori Noori,

      Merupakan  seekor kambing Pashmina, di Fakultas Kedokteran Hewan di Universitas Ilmu Pertanian dan Teknologi Sher-e-Kashmir (SKUAST) di Shuhama, 25 km timur Srinagar, 15 Maret 2012.

      Noori yang memiliki berat 1,3 kg dan lahir pada 9 Maret 2012 adalah kambing Pashmina pertama hasil kloning.

      Memiliki bulu yang hangat dan hidup di padang rumput di Ladakh dengan suhu udara yang bisa mencapai minus 20 derajat Celsius.

5. Ikan Zebra

      Ikan zebra ( Brachydanio rerio ) berfluoresens pertama hasil rekayasa genetika sukses dikembangkan oleh beberapa ilmuwan untuk mendeteksi ada polutan.

       Ikan zebra yang umumnya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan, sesudah disisipi dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka bisa memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya.

      Gen penyebab dari ubur-ubur dapat mengaktifkan pancaran sinar pada ikan apabila ikan ada didalam lingkungan yang memiliki kandungan bahan polutan spesifik. 

6. Babi Transgenik

      Dua babi transgenik terlihat menunjukkan protein fluorsen hijau di kuku-kukunya di Harbin, Provinsi Heilongjiang, Cina, 26 Desember 2006.

7. Monyet Marmoset

      Para peneliti di Jepang sekali berhasil mengubah gen monyet sehingga akar rambut, kulit dan darahnya akan berpendar hijau dibawah sinar khusus.

                  Marmoset,jenis monyet ini mendapat ‘bantuan’ gen dari sejenis ubur-ubur yang bisa berpendar, sehingga diharapkan marmoset ini akan dapat membantu studi mengenai Parkonson beberapa penyakit lain.

      Protein yang akan berpendar dibawah cahaya ultraviolet ini dapat membantu meneliti keberadaan sel tumor, meneliti racun dan dapat memonitor kondisi perubahan gen.

 

Bahaya transgenik

Tahu dan tempe. Siapa yang tak tergoda dengan makanan khas Indonesia ini. Rasanya yang gurih lagi bergizi membuat tahu dan tempe digemari seluruh kelompok masyarakat mulai dari warga di kampung hingga presiden di istana. Tapi, tahukah Anda, tahu dan tempe yang terhidang di meja makan ternyata memakai bahan baku kedelai asal Amerika Serikat yang tak lain adalah kedelai hasil rekayasa genetika alias kedelai transgenik? Secara tak sadar, kita telah menjadi konsumen kedelai transgenik. Tanpa pernah kita tahu sama sekali.

Data resmi menyebut Indonesia setiap tahun mengonsumsi kedelai transgenik asal AS sebanyak 1,2 juta ton atau mencapai lebih dari 75 persen total konsumsi kedelai nasional. Bahkan, ada saat seluruh konsumsi kedelai impor Indonesia didatangkan dari AS. Padahal, nyaris 90 persen kedelai AS adalah kedelai hasil rekayasa genetika. Ironisnya, Departemen Pertanian AS menyatakan tak bertanggung jawab terhadap produk transgenik yang beredar ke pasar.

Apa pun faktanya, makanan transgenik telah merambah dapur sehari-hari warga Indonesia. Mulai dari tahu, tempe, kecap, kentang, buah-buahan, hingga susu bayi. Sejumlah makanan ringan impor juga ditengarai memakai bahan baku tanaman transgenik. Hal inilah yang beberapa waktu lalu disuarakan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia. Hal inilah yang juga mengusik tim Sigi SCTV untuk menelisik keberadaan makanan transgenik di Indonesia, belum lama ini.

Menurut Ketua YLKI Huzna Zahir, pihaknya sejak 2002 hingga 2005 memantau dan menguji di laboratorium genetik terhadap sejumlah makanan berbahan kedelai, jagung, kentang, dan gandum. Baik yang beredar di pinggir jalan seperti tempe dan tahu, makanan ringan, hingga susu formula bayi di supermarket. Hasilnya, sejumlah produk makanan positif mengandung bahan transgenik. Huzna menambahkan bahwa bahan transgenik berbahaya bagi kesehatan mulai dari menyebabkan alergi hingga kematian [baca: YLKI Meminta Pemerintah Tegas Soal Produk Transgenik].

Namun, sejumlah produsen makanan yang disebut YLKI mengandung transgenik membantah hasil pengujian tersebut. Produsen susu bayi Nutrilon Soya mengklaim susu bayi buatannya tak memakai bahan baku kedelai transgenik. Sayang, dalam selembar surat yang diberikan kepada tim Sigi itu, pihak PT Nutricia Indonesia Sejahtera tak bersedia diwawancarai.

Apa sebenarnya bahan makanan transgenik? Secara singkat, tanaman transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu. Misal, tomat yang disisipi gen ikan agar tahan beku atau kedelai yang disuntik gen bakteri dalam tanah. Transgenik menjadi alternatif agar hasil panen tahan dingin, melimpah, dan tak mempan hama. Bahkan, tanaman direkayasa agar mampu membunuh hama yang menyerang tumbuhan tersebut.

Makanan rekayasa transgenik memang sudah menjadi kontroversi sejak 30 tahunan silam. Yang jadi soal adanya rekayasa gen alias kode pembawa keturunan dari suatu makhluk ke makhluk lain bahkan yang berbeda spesies sekali pun. Para aktivis pembela konsumen dan lingkungan mengecam rekayasa seperti itu karena dinilai kebablasan dan melawan kodrat alam. Selain tentu saja tak aman bagi lingkungan dan kesehatan manusia. Tak heran jika di sejumlah negara termasuk Indonesia, produk transgenik kerap menuai protes.

Di AS sendiri, teknologi transgenik meluas sejak tahun 90-an. Data menunjukkan, 63 persen produksi jagung AS adalah transgenik demikian juga dengan 83 persen produksi kapas. Porsi terbesar adalah kacang kedelai yang mencapai 89 persen produksi. Tapi, tak semua pengembangan transgenik di AS berujung sukses. Sebagian kalangan memandang produk transgenik tak aman karena proses pembentukannya tak alami dan bisa menyebabkan mutasi yang luas. Citra transgenik yang negatif ini berujung kegagalan bagi sebagian petani. Produk pepaya hijau asal Hawaii yang tahan virus ringspot ditolak negara-negara pengimpornya macam Kanada dan Jepang.

Lalu, bagaimana dengan produk pangan transgenik lain seperti jagung, kedelai, dan buah-buahan? Jangan harap makanan tersebut ada di bagian buah dan sayur-sayuran segar di supermarket AS. Hampir seluruh produk transgenik di AS tak dijual dalam bentuk segar. Hasil pertanian tersebut diproses menjadi makanan atau minuman ringan. Sirup jagung misalnya, digunakan sebagai pemanis banyak minuman dan makanan. Tak seperti di Eropa, AS tak mensyaratkan pemberian label bagi produk yang mengandung unsur transgenik. Jadi tanpa disadari, warga AS juga mengonsumsi produk transgenik.

Walaupun hingga kini belum ada bukti bahwa produk transgenik berbahaya bagi kesehatan. Produk transgenik terus menuai kontroversi. Pengawasan pemerintah AS pun tetap kendor. Deptan AS memang mengontrol penanaman tumbuhan transgenik namun tak bertanggung jawab atas produk yang dilepas ke pasar. Absennya peran FDA (sejenis BPOM di Indonesia) terhadap produk pangan transgenik menyebabkan kebanyakan jagung dan kacang kedelai segar transgenik kerap menjadi makanan hewan dan ternak.

Pertanian transgenik saat ini telah merambah 21 negara dengan total luas lahan mencapai 90 juta hektare. Dalam 10 tahun terakhir, tingkat pertumbuhan mencapai 47 kali lipat. Nilai bisnis produk transgenik kini menembus Rp 50 triliun. Monsanto menjadi perusahaan AS yang merajai pasar pertanian transgenik dunia.

Namun di Indonesia, Monsanto kurang menuai sukses. Perusahaan ini bahkan mendapat izin mengkomersilkan puluhan ribu hektare kapas transgenik jenis bolgard di Bulukumba, Sulawesi Selatan, pada tahun 2000-an. Proyek ini gagal bahkan menuai protes petani. Pasalnya, hasil panen tak seperti yang dijanjikan Monsanto.

Jejak transgenik Monsanto juga ditemukan di Kediri, Jawa Timur. Sekitar empat tahun silam, perusahaan yang berkantor pusat di St. Louis, Missouri, AS ini menguji coba jagung round up yang tahan hama dan herbisida. Upaya ini pun berhenti di tengah jalan. Praktis, tak ada satu pun tanaman transgenik yang tumbuh di Tanah Air. Namun, ini tak berarti pasar Indonesia tak kebanjiran bahan pangan mau pun produk olahan berbahan dasar transgenik.

Buktinya, tim Sigi yang mencoba menelusuri konsumsi kedelai impor mendapati kenyataan yang mencengangkan. Kedelai AS menjadi primadona warga di Kediri yang selama ini terkenal sebagai kota penghasil tahu dan tempe terbesar di Jatim lantaran. Ini lantaran kedelai AS berkualitas baik dan bersih. Ironisnya, para perajin sama sekali tak tahu jika kedelai yang mereka beli adalah kedelai transgenik.

Tapi benarkah kedelai yang mereka pakai untuk membuat tahu adalah kedelai transgenik? Tim Sigi mencoba menguji tahu asal Kediri di laboratorium genetika yang terakreditasi secara internasional. Diujikan pula sejumlah produk pangan lain yang pernah diuji YLKI. Berdasarkan uji PCR (polymerase chain reaction, tahu-tahu dan produk makanan tersebut positif mengandung unsur transgenik.

Bisa dikatakan, produk transgenik tanpa disadari sudah menjadi makanan keseharian terutama makanan berbahan kedelai dan jagung impor. Kenyataan inilah yang disayangkan YLKI. Pemerintah dianggap tak berbuat banyak. Padahal di negara-negara Eropa, produk transgenik diberi label agar konsumen tahu dan bisa menentukan pilihan. Di Indonesia sendiri, telah terbit Peraturan Pemerintah No. 69/1999 dan PP No.28/2004 tentang Pencantuman Label Produk Transgenik. Namun hal ini seolah hanya menjadi macan kertas.

Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagai lembaga yang bertugas mengawasi setiap peredaran obat dan makanan di negeri ini mempunyai sejumlah dalih. Kepala BPOM Husniah Thamrin menyebut bahan transgenik aman dan diperbolehkan beredar melalui Undang-undang Nomor 7 tentang Pangan yang diterbitkan tahun 1996. Husniah juga menunggu terbentuknya komite keamanan pangan dan produk transgenik.

Begitu juga Departemen Pertanian. Menteri Pertanian Anton Apriantono menjelaskan bahwa tak ada bukti ilmiah yang kuat bahwa unsur transgenik mengganggu kesehatan. "Yang diperlukan adalah pelabelan," tambah Anton Apriantono [baca: Label Transgenik dalam Kemasan Makanan Dianggap Perlu].

Jika sudah begini, semua terpulang kepada konsumen. Konsumen menjadi raja yang menentukan mau mengkonsumsi makanan hasil rekayasa genetika atau tidak. Konsumen memiliki banyak hak antara lain hak keamanan serta mendapat informasi yang benar dan tepat atas semua barang. Dan ironisnya, hak itu yang belum sepenuhnya didapat untuk kasus makanan berbahan transgenik di Tanah Air.(TOZ)

 

 

Transgenik adalah tanaman yang telah direkayasa bentuk maupun kualitasnya melalui penyisipan gen atau DNA binatang, bakteri, mikroba, atau virus untuk tujuan tertentu

Organisme transgenik adalah organisme yang mendapatkan pindahan gen dari organisme lain. Gen yang ditransfer dapat berasal dari jenis (spesies) lain seperti bakteri, virus, hewan, atau tanaman lain.

Secara  ontologi   tanaman transgenik adalah  suatu produk rekayasa genetika  melalui  transformasi gen dari  makhluk hidup  lain ke dalam tanaman yang tujuannya untuk menghasilkan tanaman baru  yang memiliki sifat unggul yang lebih  baik  dari  tanaman sebelumnya.

Secara epistemologi,  proses pembuatan  tanaman transgenik sebelum  dilepas  ke  masyarakat telah melalui hasil  penelitian  yang panjang, studi  kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan  yang  ketat,  termasuk melalui analisis   dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka  panjang.    Secara aksiologi:  berdasarkan  pendapat  kelompok masyarakat  yang pro dan kontra  tanaman transgenik memiliki manfaat   untuk memenuhi kebutuhan pangan  penduduk,  tetapi manfaat tersebut belum teruji, apakah lebih  besar  manfaatnya atau kerugiannya.

Tujuan Transgenik

Tujuan memindahkan gen tersebut untuk mendapatkan organisme baru yang memiliki sifat lebih baik. Hasilnya saat ini sudah banyak jenis tanaman transgenik, misalnya jagung, kentang, kacang, kedelai, dan kapas. Keunggulan dari tanaman transgenic tersebut umumnya adalah tahan terhadap serangan hama.

Rekayasa genetika seperti dalam pembuatan transgenik dilakukan untuk kesejahteraan manusia. Akan tetapi, terkadang muncul dampak yang tidak diinginkan, yaitu dampak negatif dan positifnya sebagai berikiut.

APLIKASI TRANSGENIK

 

2.1.Pemanfaatan Organisme Transgenik dan Produk yang Dihasilkannya

Teknologi DNA rekombinan atau rekayasa genetika telah melahirkan revolusi baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia, yang dikenal sebagai revolusi gen. Produk teknologi tersebut berupa organisme transgenik atau organisme hasil modifikasi genetik (OHMG), yang dalam bahasa Inggris disebut dengan genetically modified organism (GMO). Namun, sering kali pula aplikasi teknologi DNA rekombinan bukan berupa pemanfaatan langsung organisme transgeniknya, melainkan produk yang dihasilkan oleh organisme transgenik.

Dewasa ini cukup banyak organisme transgenik atau pun produknya yang dikenal oleh kalangan masyarakat luas. Beberapa di antaranya bahkan telah digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Berikut ini akan dikemukakan beberapa contoh pemanfaatan organisme transgenik dan produk yang dihasilkannya dalam berbagai bidang kehidupan manusia.

1.      Pertanian

Aplikasi teknologi DNA rekombinan di bidang pertanian berkembang pesat dengan dimungkinkannya transfer gen asing ke dalam tanaman dengan bantuan bakteri Agrobacterium tumefaciens (lihat Bab XI). Melalui cara ini telah berhasil diperoleh sejumlah tanaman transgenik seperti tomat dan tembakau dengan sifat-sifat yang diinginkan, misalnya perlambatan kematangan buah dan resistensi terhadap hama dan penyakit tertentu.

Pada tahun 1996 luas areal untuk tanaman transgenik di seluruh dunia telah mencapai 1,7 ha, dan tiga tahun kemudian meningkat menjadi hampir 40 juta ha. Negara- negara yang melakukan penanaman tersebut antara lain Amerika Serikat (28,7 juta ha), Argentina (6,7 juta ha), Kanada (4 juta ha), Cina (0,3 juta ha), Australia (0,1 juta ha), dan Afrika Selatan (0,1 juta ha). Indonesia sendiri pada tahun 1999 telah mengimpor produk pertanian tanaman pangan transgenik berupa kedelai sebanyak 1,09 juta ton, bungkil kedelai 780.000 ton, dan jagung 687.000 ton. Pengembangan tanaman transgenik di Indonesia meliputi jagung (Jawa Tengah), kapas (Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan), kedelai, kentang, dan padi (Jawa Tengah). Sementara itu, tanaman transgenik lainnya yang masih dalam tahap penelitian di Indonesia adalah kacang tanah, kakao, tebu, tembakau, dan ubi jalar.

Di bidang peternakan hampir seluruh faktor produksi telah tersentuh oleh teknologi DNA rekombinan, misalnya penurunan morbiditas penyakit ternak serta perbaikan kualitas pakan dan bibit. Vaksin-vaksin untuk penyakit mulut dan kuku pada sapi, rabies pada anjing, blue tongue pada domba, white-diarrhea pada babi, dan fish-fibrosis pada ikan telah diproduksi menggunakan teknologi DNA rekombinan. Di samping itu, juga telah dihasilkan hormon pertumbuhan untuk sapi (recombinant bovine somatotropine atau rBST), babi (recombinant porcine somatotropine atau rPST), dan ayam (chicken growth hormone). Penemuan ternak transgenik yang paling menggegerkan dunia adalah ketika keberhasilan kloning domba Dolly diumumkan pada tanggal 23 Februari 1997.

Pada dasarnya rekayasa genetika di bidang pertanian bertujuan untuk menciptakan ketahanan pangan suatu negara dengan cara meningkatkan produksi, kualitas, dan upaya penanganan pascapanen serta prosesing hasil pertanian. Peningkatkan produksi pangan melalui revolusi gen ini ternyata memperlihatkan hasil yang jauh melampaui produksi pangan yang dicapai dalam era revolusi hijau. Di samping itu, kualitas gizi serta daya simpan produk pertanian juga dapat ditingkatkan sehingga secara ekonomi memberikan keuntungan yang cukup nyata. Adapun dampak positif yang sebenarnya diharapkan akan menyertai penemuan produk pangan hasil rekayasa genetika adalah terciptanya keanekaragaman hayati yang lebih tinggi.

2.      Perkebunan, kehutanan, dan florikultur

Perkebunan kelapa sawit transgenik dengan minyak sawit yang kadar karotennya lebih tinggi saat ini mulai dirintis pengembangannya. Begitu pula, telah dikembangkan perkebunan karet transgenik dengan kadar protein lateks yang lebih tinggi dan perkebunan kapas transgenik yang mampu menghasilkan serat kapas berwarna yang lebih kuat.

 

Di bidang kehutanan telah dikembangkan tanaman jati transgenik, yang memiliki struktur kayu lebih baik. Sementara itu, di bidang florikultur antara lain telah diperoleh tanaman anggrek transgenik dengan masa kesegaran bunga yang lama. Demikian pula, telah dapat dihasilkan beberapa jenis tanaman bunga transgenik lainnya dengan warna bunga yang diinginkan dan masa kesegaran bunga yang lebih panjang.

3.      Kesehatan

Di bidang kesehatan, rekayasa genetika terbukti mampu menghasilkan berbagai jenis obat dengan kualitas yang lebih baik sehingga memberikan harapan dalam upaya penyembuhan sejumlah penyakit di masa mendatang. Bahan-bahan untuk mendiagnosis berbagai macam penyakit dengan lebih akurat juga telah dapat dihasilkan.

Teknik rekayasa genetika memungkinkan diperolehnya berbagai produk industri farmasi penting seperti insulin, interferon, dan beberapa hormon pertumbuhan dengan cara yang lebih efisien. Hal ini karena gen yang bertanggung jawab atas sintesis produk-produk tersebut diklon ke dalam sel inang bakteri tertentu yang sangat cepat pertumbuhannya dan hanya memerlukan cara kultivasi biasa.

4.      Lingkungan

Rekayasa genetika ternyata sangat berpotensi untuk diaplikasikan dalam upaya penyelamatan keanekaragaman hayati, bahkan dalam bioremidiasi lingkungan yang sudah terlanjur rusak. Dewasa ini berbagai strain bakteri yang dapat digunakan untuk membersihkan lingkungan dari bermacam-macam faktor pencemaran telah ditemukan dan diproduksi dalam skala industri. Sebagai contoh, sejumlah pantai di salah satu negara industri dilaporkan telah tercemari oleh metilmerkuri yang bersifat racun keras baik bagi hewan maupun manusia meskipun dalam konsentrasi yang kecil sekali. Detoksifikasi logam air raksa (merkuri) organik ini dilakukan menggunakan tanaman Arabidopsis thaliana transgenik yang membawa gen bakteri tertentu yang dapat menghasilkan produk untuk mendetoksifikasi air raksa organik.

5.       Industri

Pada industri pengolahan pangan, misalnya pada pembuatan keju, enzim renet yang digunakan juga merupakan produk organisme transgenik. Hampir 40% keju keras (hard cheese) yang diproduksi di Amerika Serikat menggunakan enzim yang berasal dari organisme transgenik. Demikian pula, bahan-bahan food additive seperti penambah cita rasa makanan, pengawet makanan, pewarna pangan, pengental pangan, dan sebagainya saat ini banyak menggunakan produk organisme transgenik.

3.1.Dampak Positif Transgenik

  1. Rekayasa transgenik dapat menghasilkan prodik lebih banyak dari sumber yang lebih sedikit.
  2. Rekayasa tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas daerah pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
  3. Makanan dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.

3.2.  Dampak Negatif Transgenik

Adapun dampak negatif dari rekayasa transgenik meliputi beberapa aspek yaitu:

  1. Aspek sosial

Yang meliputi:

1.       Aspek agama

Penggunaan gen yang berasal dari babi untuk memproduksi bahan makanan dengan sendirinya akan menimbulkan kekhawatiran di kalangan pemeluk agama Islam. Demikian pula, penggunaan gen dari hewan dalam rangka meningkatkan produksi bahan makanan akan menimbulkan kekhawatiran bagi kaum vegetarian, yang mempunyai keyakinan tidak boleh mengonsumsi produk hewani. Sementara itu, kloning manusia, baik parsial (hanya organ-organ tertentu) maupun seutuhnya, apabila telah berhasil menjadi kenyataan akan mengundang kontroversi, baik dari segi agama maupun nilai-nilai moral kemanusiaan universal. Demikian juga,  xenotransplantasi (transplantasi organ hewan ke tubuh manusia) serta kloning stem cell dari embrio manusia untuk kepentingan medis juga dapat dinilai sebagai bentuk pelanggaran terhadap norma agama.

 

2.       Aspek etika dan estetika

Penggunaan bakteri E coli sebagai sel inang bagi gen tertentu yang akan diekspresikan produknya dalam skala industri, misalnya industri pangan, akan terasa menjijikkan bagi sebagian masyarakat yang hendak mengonsumsi pangan tersebut. Hal ini karena E coli merupakan bakteri yang secara alami menghuni kolon manusia sehingga pada umumnya diisolasi dari tinja manusia.

  1. Aspek ekonomi

Berbagai komoditas pertanian hasil rekayasa genetika telah memberikan ancaman persaingan serius terhadap komoditas serupa yang dihasilkan secara konvensional. Penggunaan tebu transgenik mampu menghasilkan gula dengan derajad kemanisan jauh lebih tinggi daripada gula dari tebu atau bit biasa. Hal ini jelas menimbulkan kekhawatiran bagi masa depan pabrik-pabrik gula yang menggunakan bahan alami. Begitu juga, produksi minyak goreng canola dari tanaman rapeseeds transgenik dapat berpuluh kali lipat bila dibandingkan dengan produksi dari kelapa atau kelapa sawit sehingga mengancam eksistensi industri minyak goreng konvensional. Di bidang peternakan, enzim yang dihasilkan oleh organisme transgenik dapat memberikan kandungan protein hewani yang lebih tinggi pada pakan ternak sehingga mengancam keberadaan pabrik-pabrik tepung ikan, tepung daging, dan tepung tulang.

 

  1. Aspek kesehatan

1.      Potensi toksisitas bahan pangan

Dengan terjadinya transfer genetik di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada bahan pangan konvensional. Di antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan, atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.

 

Beberapa organisme transgenik telah ditarik dari peredaran karena terjadinya peningkatan kadar bahan toksik. Kentang Lenape (Amerika Serikat dan Kanada) dan kentang Magnum Bonum (Swedia) diketahui mempunyai kadar glikoalkaloid yang tinggi di dalam umbinya. Demikian pula, tanaman seleri transgenik (Amerika Serikat) yang resisten terhadap serangga ternyata memiliki kadar psoralen, suatu karsinogen, yang tinggi.

 

2.      Potensi menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan

WHO pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru, baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain. Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya, bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin. Padahal, selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak memakai pembalut dari bahan kapas transgenik.

Contoh lainnya adalah karet transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat diperoleh kualitas yang sangat baik. Namun, di Amerika Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita alergi akibat pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.

Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi. Fenomena yang serupa dijumpai pada ternak unggas di Indonesia, yang diberi pakan jagung pipil dan bungkil kedelai impor. Jagung dan bungkil kedelai tersebut diimpor dari negara-negara yang telah mengembangkan berbagai tanaman transgenik sehingga diduga kuat bahwa kedua tanaman tersebut merupakan tanaman transgenik.

 

  1. Aspek lingkungan

1.      Potensi erosi plasma nutfah

Penggunaan tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh, dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida, misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut. Hal ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.

 

2.      Potensi pergeseran gen

Daun tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10 tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah mengalami pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur tanah di areal pertanamannya.

 

3.      Potensi pergeseran ekologi

Organisme transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.

4.      Potensi terbentuknya barrier species

Adanya mutasi pada mikroorganisme transgenik menyebabkan terbentuknya barrier species yang memiliki kekhususan tersendiri. Salah satu akibat yang dapat ditimbulkan adalah terbentuknya superpatogenitas pada mikroorganisme.

 

5.      Potensi mudah diserang penyakit

Tanaman transgenik di alam pada umumnya mengalami kekalahan kompetisi dengan gulma liar yang memang telah lama beradaptasi terhadap berbagai kondisi lingkungan yang buruk. Hal ini mengakibatkan tanaman transgenik berpotensi mudah diserang penyakit dan lebih disukai oleh serangga.

Sebagai contoh, penggunaan tanaman transgenik yang resisten terhadap herbisida akan mengakibatkan peningkatan kadar gula di dalam akar. Akibatnya, akan makin banyak cendawan dan bakteri yang datang menyerang akar tanaman tersebut. Dengan perkataan lain, terjadi peningkatan jumlah dan jenis mikroorganisme yang menyerang tanaman transgenik tahan herbisida. Jadi, tanaman transgenik tahan herbisida justru memerlukan penggunaan pestisida yang lebih banyak, yang dengan sendirinya akan menimbulkan masalah tersendiri bagi lingkungan.

 

Beberapa kekhawatiran tersebut diantaranya:

1. Kekhawatiran bahwa tanaman transgenik menimbulkan keracunan 

                 Masyarakat mengkhawatirkan bahwa produk transgenik berupa tanaman tahan serangga yang mengandung gen Bt (Bacillus thuringiensis) yang berfungsi sebagai racun terhadap serangga, juga akan berakibat racun pada manusia. Dalam artikel ini, kehawatiran ini disanggah dengan pendapat bahwa gen Bt hanya dapat bekerja aktif dan bersifat racun jika bertemu dengan reseptor dalam usus serangga dari golongan yang sesuai  virulensinya.

2. Kekhawatiran terhadap kemungkinan alergi

                       Sekitar  1-2% orang dewasa dan 4-6% anak-anak mengalami alergi terhadap makanan. Penyebab alergi (allergen) tersebut diantaranya brazil nut, crustacean, gandum, ikan, kacang-kacangan, dan padi. Konsumsi produk makanan dari kedelai yang diintroduksi dengan gen penghasil protein metionin dari tanaman brazil nut, diduga menimbulkan alergi terhadap manusia. Hal ini diketahui lewat pengujian skin prick test yang menunjukkan bahwa kedelai transgenik tersebut memberikan hasil positif sebagai allergen. Dalam artikel ini, penulis berpendapat bahwa alergi tersebut belum tentu disebabkan karena konsumsi tanaman transgenik. Hal ini dikarenakan semua allergen merupakan protein sedangkan semua protein belum tentu allergen. Allergenmemiliki sifat stabil dan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai dalam sistem pencernaan, sedangkan protein bersifat tidak stabil dan mudah terurai oleh panas pada suhu >65 C sehingga jika dipanaskan tidak berfungsi lagi.  

Masyarakat tidak perlu bersikap anti terhadap teknologi, namun sebaiknya dapat menerima dengan sikap kehati-hatian untuk menghindari resiko jangka panjang

 

  1. Berubahnya urutan informasi genetik yang dimiliki, maka sifat organisme yang bersangkutan juga berubah.
  2. Bakteri hasil rekayasa yang lolos laboratorium atau pabrik yang dampaknya tidak dapat diperkirakan.
  3. Kemungkinan menimbulkan keracunan.
  4. Kemungkinan menimbulkan alergi
  5. Kemungkinan menyebabkan bakteri dalam tubuh manusia dan tahan antibiotik.

 

 

Proses  pembuatan tanaman transgenik sebelum dilepas ke masyarakat telah melalui hasil penelitian yang panjang ,studi kelayakan dan uji lapangan dengan pengawasan yang ketat ,termasuk analisis dampak lingkungan untuk jangka pendek dan jangka panjang .                Berdasarkan kelompok masyarakat yang pro dan kontra terhadap tanaman transgenik memiliki manfaat untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk ,tetapi manfaat tersebut belum teruji ,apakah lebih besar manfaatnya atau kerugiannya .

Cara pembuatan tanaman transgenik adalah gen yang telah diisolasi dan kemudian dimasukkan kedalam sel tanaman.Melalui suatu sistem tertentu ,sel tanaman yang membawa gen tersebut dapat dipisahkan dari sel tanaman yang tidak membawa gen.Tanaman pembawa gen ini kemudian ditumbuhkan secara normal .Tanaman inilah yang disebut sebagai tanaman transgenik karena ada gen asing yang telah dipindahkan dari makhluk hidup lain ke tanaman tersebut .

Tanaman transgenik merupakan hasil rekayasa gen dengan cara disisipi satu atau sejumlah gen .Gen yang dimasukkan itu disebut transgene,bisa diisolasi dari tanaman tidak sekerabat atau spesies yang lalin sama sekali .Transgene umumnya diambil dari organisme yang memiliki sifat unggul tertentu .Misal pada proses membuat jagung Bt tahan hama, pakar bioteknologi memanfaatkan gen bakteri tanah Basillus thuringiensis (Bt) penghasil racun yang mematikan bagi hama tertentu .Gen Bt ini dimasukkan ke rangkaian gen tanama jagung .Sehingga tanama resipien atau jagung juga mewariskan sifat toksis bagi hama .Ulat atau hama penggerek jagung Bt akan mati

II.II Prosess Transgenik

Cara seleksi sel transforman akan diuraikan lebih rinci pada penjelesan tentang plasmid (lihat Bab XI).Pada dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi dilakukan ,yaitu:

(1) Sel inang tidak dimasuki DNA atau berarti tranformasi gagal .

(2)Sel inang dimasiki vektor religasi atau berrti ligasi gagal.

(3) Sel inang dimasuki vektor rekombinan dengan atau tanpa fragmen sisipan atau gen yang diinginkan .

Untuk membedakan antara  kemunngkinan pertama dan kedua dilihat perubahan sifaf yang terjadi pada sel inang .Jika sel inang memperlihatkan dua sifat marker vektor ,maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan kedualah yang terjadi ,Selanjutnya untuk membedakan antara kemungkinan kedua dan ketiga dilihat pula perubahan sifat yang terjadi pad sel inang. Jika sel inang hanya memperlihatkan salah satu sifat diantara kedua marker vektor , maka dapat dipastikan bahwa kemungkinan ketigalah yang terjadi .

Teknik rekayasa genetika sama dengan pemuliaan tanaman ,yaitu memperbaiki sifat –sifat tanaman dengan menambah sifat-sifat ketahanan terhadap cekaman hama maupun    lingkungan yang kurang menguntungkan ,sehingga tanaman transgenik memiliki kualitas lebih baik dari tanaman konvensional,serta bukan hal baru karena sudah lama dilakukan tapi tidak di sadari  oleh masyarakat.

 

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik.

 

Aplikasi Tanaman Transgenik

v  Aplikasi yang telah dikembangkan

Beberapa tanaman transgenik telah diaplikasikan untuk menghasilkan tiga macam sifat unggul, yaitu tahan hama, tahan herbisida, dan buah yang dihasilkan tidak mudah busuk. Tanaman jagung dan kapas transgenik dengan sifat tahan hama telah diproduksi secara massal dan dipasarkan di dunia. Gen asing yang banyak digunakan untuk sifat resistensi hama ini adalah gen penyandi toksin Bt dari bakteri Bacillus thuringiensis. Sejak tahun 1996, Monsanto, salah satu perusahaan multinasional di bidang bioteknologi, telah menjual benih kapas transgenik dengan merek dagang "Bollgard". Selain itu, tanaman kedelai dan kanola tahan herbisida juga telah dijual ke berbagai negara, termasuk Indonesia, dengan merek "Roundup Ready".

 

v  Aplikasi yang sedang dikembangkan

Dalam tahap penelitian, tanaman transgenik sedang diaplikasikan untuk menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan manusia, seperti vitamin A dan vaksin. Untuk produksi vaksin yang dapat dimakan (edible vaccine), contoh tanaman yang sedang dikembangkan adalah pisang, kentang, dan tomat. Salah satu tanaman transgenik yang sudah diteliti sejak tahun 1980 untuk mengurangi jumlah penderita defisiensi (kekurangan) vitamin A adalah padi emas. Aplikasi lain yang sedang dikembangkan adalah penggunaan tanaman untuk membersihkan polusi tanah dari senyawa beracun (seperti arsen) dan logam berat (contohnya merkuri). Gen asing dari bakteri ditransfer ke dalam tembakau dan Arabidopsis sehingga kedua tanaman tersebut dapat menarik merkuri dalam tanah dan mengubahnya menjadi senyawa yang mudah menguap serta tidak berbahaya.

 

Seleksi genetik untuk pemuliaan tanaman (perbaikan kualitas/sifat tanaman) telah dilakukan sejak tahun 8000 SM ketika praktik pertanian dimulai di Mesopotamia. Secara konvensional, pemuliaan tanaman dilakukan dengan memanfaatkan proses seleksi dan persilangan tanaman. Kedua proses tersebut memakan waktu yang cukup lama dan hasil yang didapat tidak menentu karena bergantung dari mutasi alamiah secara acak. Contoh hasil pemuliaan tanaman konvensional adalah durian montong yang memiliki perbedaan sifat dengan tetuanya, yaitu durian liar. Hal ini dikarenakan manusia telah menyilangkan atau mengawinkan durian liar dengan varietas lain untuk mendapatkan durian dengan sifat unggul seperti durian montong.

Sejarah penemuan tanaman transgenik dimulai pada tahun 1977 ketika bakteri Agrobacterium tumefaciens diketahui dapat mentransfer DNA atau gen yang dimilikinya ke dalam tanaman. Pada tahun 1983, tanaman transgenik pertama, yaitu bunga matahari yang disisipi gen dari buncis (Phaseolus vulgaris) telah berhasil dikembangkan oleh manusia. Sejak saat itu, pengembangan tanaman transgenik untuk kebutuhan komersial dan peningkatan tanaman terus dilakukan manusia. Tanaman transgenik pertama yang berhasil diproduksi dan dipasarkan adalah jagung dan kedelai. Keduanya diluncurkan pertama kali di Amerika Serikat pada tahun 1996. Pada tahun 2004, lebih dari 80 juta hektar tanah pertanian di dunia telah ditanami dengan tanaman transgenik dan 56% kedelai di dunia merupakan kedelai transgenik.

Tanaman transgenik di Indonesia

Pada tahun 1999, Indonesia pernah melakukan uji coba penanaman kapas transgenik di Sulawesi Selatan. Uji coba itu dilakukan oleh PT Monagro Kimia dengan memanfaatkan benih kapas transgenik Bt dari Monsanto. Hal itu mendatangkan banyak protes dari berbagai LSM sehingga pada bulan September 2000, areal kebun kapas transgenik seluas 10.000 ha gagal dibuka. Di tahun yang sama, kampanye penerimaan kapas transgenik diluncurkan dengan melibatkan petani kapas dan ahli dalam dan luar negeri. Kasus tersebut berlangsung dengan pelik hingga pada Desember 2003, pemerintah Indonesia menghentikan komersialisasi kapas transgenik. Suatu studi kelayakan finansial terhadap kapas transgenik sempat dilakukan pada tahun 2001 di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan, yaitu Bulukumba, Bantaeng, dan Gowa. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa budidaya kapas transgenik lebih menguntungkan secara finansial dibandingkan kapas nontransgenik.

Pada tahun 2007, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Badan Litbang) telah menargetkan Indonesia untuk memiliki padi dan jagung transgenik di tahun 2010 sehingga tidak perlu lagi melakukan impor beras dan jagung. Menurut Dr. Ir. Sutrisno, Kepala Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian (BB-Biogen), Indonesia telah melakukan penelitian di bidang rekayasa genetika tanaman yang seimbang bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Namun, dalam hal komersialisasi produk transgenik tersebut, Indonesia dinilai agak tertinggal. Melalui BB-Biogen, berbagai riset tanaman transgenik yang meliputi padi, kedelai, pepaya, kentang, ubi jalar, dan tomat, masih terus dilakukan oleh Indonesia  Pada tahun 2010, sebanyak 50% dari kedelai impor yang digunakan di Indonesia merupakan produk transgenik yang di antaranya didatangkan dari Amerika Serikat. Hal ini menyebabkan sebagian besar produk olahan kedelai, seperi tahu, tempe, dan susu kedelai telah terbuat dari tanaman transgenik.

Untuk mengatur keamanan pangan dan hayati produk rekayasa genetika seperti tanaman transgenik, Menteri Pertanian, Menteri Kehutanan dan Perkebunan, Menteri Kesehatan, dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura telah mengeluarkan keputusan bersama pada tahun 1999.Keputusan tentang “Keamanan Hayati dan Keamanan Pangan Produk Pertanian Hasil Rekayasa Genetika Tanaman” No.998.I/Kpts/OT.210/9/99; 790.a/Kptrs-IX/1999; 1145A/MENKES/SKB/IX/199; 015A/Nmeneg PHOR/09/1999 tersebut mengatur dan mengawasi keamanan hayati dan pangan. Di dalamnya juga diatur pemanfaatan produk tanaman transgenik agar tidak merugikan, mengganggu, dan membahayakan kesehatan manusia, keanekaragaman hayati, dan lingkungan.

Deteksi tanaman transgenik

Untuk mendeteksi dan membedakan tanaman transgenik dengan tanaman alamiah lainnya, telah dikembangkan beberapa teknik dan perangkat uji.Salah satu uji kualitatif yang cepat dan sederhana adalah strip aliran-lateral (semacam tongkat ukur). Benih tanaman yang akan diuji dihancurkan terlebih dahulu kemudian strip tersebut dicelupkan ke dalamnya.Apabila dalam waktu 5-10 menit muncul dua garis pada strip maka sampel tersebut positif merupakan tanaman transgenik, sedangkan bila hanya satu pita yang didapat maka hasil yang diperoleh adalah negatif. Teknik ini berdasarkan pada deteksi keberadaan protein atau antibodi spesifik dari tanaman transgenik.

Uji lain yang dapat digunakan untuk mendeteksi tanaman transgenik adalah reaksi berantai polimerase (PCR) dan ELISA (enzyme-linked immunosorbent assay). Uji PCR merupakan salah satu metode diagnostik molekular yang mendeteksi DNA atau gen pada tanaman transgenik secara langsung. Sementara itu, ELISA dan strip aliran-lateral merupakan metode imunodiagnostik (metode diagnostik menggunakan prinsip reaksi antigenantibodi) yang mendeteksi protein hasil ekspresi gen pada tanaman transgenik.

 

Menanam jagung transgenik DK 9132 produksi Monsanto kali ini tak lain untuk mengejar peningkatan produktivitas dan menekan biaya produksi jagung, yang pada akhirnya untuk meningkatkan pendapatannya. Selama ini produktivitas jagung hibrida DK 818  tidak jelek-jelek amat. Produktivitas rata-rata per hektar 9 ton jagung panen dengan kadar air hingga 30 persen.  Keinginan menanam jagung transgenik DK 9132 karena tanaman tersebut memiliki keunggulan tahan herbisida dan lebih tahan serangan hama penyakit, seperti ulat daun dan tongkol serta penyakit bule. Dengan menghemat pestisida dan ongkos tenaga kerja, saya dapat mengurangi biaya produksi jagung saya.

Wanita yang mengusahakan lahan pertanian untuk tanaman padi dan jagung asal San Bartolome, Concepcion, Filipina, juga membudidayakan jagung transgenik. Pilihannya jagung hibrida transgenik Bt Corn, produksi Syngenta. Dia memilih menanam jagung transgenik yang tahan hama penyakit untuk menghindari penurunan produksi. Julie sebenarnya merasa belum perlu menanam jagung transgenik dengan dua keunggulan, tahan herbisida dan hama penyakit, karena gangguan gulma masih bisa diatasi secara manual. Produktivitas jagung yang dibudidayakan mencapai 8-9 ton per hektar dengan kadar air hingga 30 persen.

 

Produk benih jagung transgenik kini terus berkembang pesat. Tidak saja menawarkan tahan herbisida, tetapi juga tahan insektisida atau hama penyakit. Monsanto, produsen benih raksasa asal AS, mulai menawarkan tanaman jagung transgenik yang memiliki dua keunggulan itu di Filipina. Dengan merek dagang DK 9132 RRC2/YG. RRC2/YG berarti tahan herbisida dan hama penyakit, terutama penggerek batang, bule, dan buah serta ulat daun.

Sering dijumpai saat menanam jagung petani disibukkan dengan kehadiran gulma. Perlu dana khusus untuk menyiangi gulma agar pertumbuhan tanaman jagung optimal. Dalam kegiatan usaha tani jagung skala luas, penyiangan jagung dari gangguan gulma, baik gulma keras dalam bentuk alang-alang maupun gulma lunak, sangat merepotkan. Ongkos tenaga kerja yang harus dikeluarkan juga besar. Dengan benih transgenik tahan herbisida, petani tak perlu menyiangi gulma. Tanaman jagung yang tengah tumbuh bisa disemprot herbisida bersamaan dengan gulmanya. Gulma mati, pertumbuhan jagung tak terganggu. Ini terjadi karena gen yang tahan herbisida ditransfer ke benih jagung DK 9132.

Adapun benih jagung yang tahan insektisida lebih tahan terhadap ulat jagung, baik ulat daun maupun buah, serta tahan penyakit bule. Bagi petani, biaya untuk membeli insektisida per hektar mencapai 3.000 peso atau sekitar Rp 750.000 sehingga hadirnya benih transgenik amat menekan biaya produksi. Bagi petani, serangan hama penyakit jagung tak terelakkan lagi. Dalam kondisi tertentu, hama penyakit bisa menyerang tanaman jagung hingga luasan 60-80 persen dari total pertanaman 500.000 hektar.

Adapun gangguan gulma juga sangat merepotkan. Petani Filipina kesulitan menyiangi gulma karena minim tenaga kerja. Banyak warga Filipina yang memilih pergi ke kota daripada menjadi buruh tani. Dua masalah itulah yang membuat petani jagung Filipina berpaling ke jagung transgenik. Petani Filipina umumnya memiliki lahan pertanian yang relatif lebih luas dari kepemilikan petani Indonesia. Di Tarlax, misalnya, banyak petani yang memiliki lahan pertanian lebih dari dua hektar. Luasnya kepemilikan lahan membuat petani kesulitan melakukan penyiangan secara manual.

Terkait subsidi, petani jagung di Filipina sama sekali tidak mendapat subsidi dari pemerintah, baik subsidi benih maupun pupuk. Oleh karena itu, mereka harus memacu produktivitas setinggi mungkin dan menekan biaya produksi serendah mungkin untuk meningkatkan pendapatan.

Masih bisa diatasi

Para petani sekaligus pengurus organisasi tani Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), yang turut dalam pertukaran petani Asia 2010 yang digagas croplife, umumnya menyatakan perlunya peningkatan pendapatan petani Indonesia melalui introduksi benih yang bisa memacu peningkatan produktivitas.

Harapan yang sama diungkapkan Sekretaris Jenderal Dewan Jagung Nasional Maxdeyul Sola. Menurut dia, budidaya jagung di Indonesia ke depan harus seefektif mungkin jika mau punya daya saing di pasar dalam negeri ataupun dunia. Harga jagung di pelabuhan Indonesia harus sama dengan harga di pelabuhan negara lain, seperti AS.

Jika kalah kompetitif, produk jagung negara lain akan menyerbu pasar jagung Indonesia. Karena itu, adopsi teknologi sangat diperlukan. Melalui teknologi, selain bisa meningkatkan pendapatan petani melalui peningkatan produktivitas, juga dapat menciptakan daya saing harga dengan jagung impor. Ternyata tanaman jagung transgenik tidak meningkatkan produktivitas.

Bibit transgenik hanya menjaga tanaman dari serangan gulma dan hama penyakit. ”Di Indonesia, gulma masih bisa diatasi petani sendiri dan hama penyakit jagung masih bisa dikendalikan,” tegas Suyamto. Terkait serbuan jagung impor, tidak perlu khawatir meski harus waspada. Banyak negara menggenjot produksi jagungnya untuk memenuhi permintaan industri etanol, seperti AS. Jadi, pasar jagung dunia tetap akan terbuka lebar. Pengembangan produk transgenik di Indonesia harus terus dilakukan agar suatu saat Indonesia benar- benar siap menghadapi berbagai tantangan baru itu.

 

Tanaman tebu tahan kering transgenik buatan Indonesia tengah dikembangkan PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XI bekerjasama dengan Universitas Jember. Tanaman penghasil pemanis pangan dan minuman itu diharapkan merupakan tanaman transgenik pertama di Indonesia yang diharapkan bisa dikembangkan massal pada tahun ini atau awal tahun depan.

Tim Teknis Lingkungan dan Tim Teknis Keamanan Pangan Komisi Keamanan Hayati telah merekomendasikan tebu transgenik itu. Tahun ini juga diharapkan muncul rekomendasi Tim Teknis Keamanan Pakan dari Komisi Keamanan Hayati.

 Indonesia memerlukan teknologi transgenik untuk menghasilkan benih tebu tahan kering yang bisa dibudidayakan di Nusa Tenggara Timur (NTT). Indonesia juga banyak memerlukan benih tanaman pangan seperti padi, jagung dan lainnya yang tahan banjir/rendaman. Diharapkan tanaman hasil rekayasa genetika itu juga lebih tahan terhadap hama penyakit, sehingga produktivitasnya bisa meningkat. Teknologi ini diperlukan Indonesia untuk mensiasati perubahan iklim global dalam menghasilkan kecukupan pangan di dalam negeri.

Saat ini yang mengembangkan produk transgenik adalah perusahaan multinasional seperti Monsanto, Dupont, Syngenta dan Bayer. Diperlukan investasi yang besar untuk mengembangkan tanaman transgenik dengan kemungkinan resiko gagal. Perusahaan-perusahaan di Indonesia belum ada yang jadi pengembang tanaman transgenik, melainkan hanya untuk perbanyakan. Sehingga untuk produk transgenik seolah-olah menjadi monopoli multinasional.

Ada beberapa keunggulannya tanaman transgenik. Pertama adalah kemampuannya mengatasi penyakit, misalnya tahan hama penggerek batang. Bilamana hama atau serangga memakan tanaman ini maka serangga/hama itu akan mati. Kedua, tanaman transgenik tahan herbisida. Dengan teknologi transgenik mereka berhasil mengembangkan herbisida yang hanya mematikan rumput sementara tanaman utamanya tidak mati. Sehingga biaya tenaga kerja turun dan tidak lagi perlu biaya untuk membalikkan lahan.

 

Tanaman transgenik di indnesia

 

Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik, baik dengan persilangan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika.



Kehadiran teknologi transformasi memberikan wahana bagi pemulia tanaman untuk memperoleh kelompok gen baru yang lebih luas. Untuk membentuk tanaman transgenik, gen yang ditransfer dalam genom suatu tanaman haruslah gen yang bermanfaat yang belum dimiliki oleh tanaman dan dapat berasal dari spesies lain seperti bakteri, virus, atau tanaman lain. Teknik rekayasa genetika dapat digunakan sebagai mitra dan pelengkap teknik pemulia tanaman yang sudah mapan dan telah digunakan selama bertahun-tahun.

 

Rekayasa genetika memiliki potensi sebagai teknologi yang ramah lingkungan dan dapat membantu mengatasi masalah pembangunan pertanian, yang tidak dapat dipecahkan secara konvensional. Sebagai contoh, dalam rangka meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan penduduk yang selalu bertambah, salah satu kendala utamanya adalah faktor biotik, seperti hama dan penyakit. Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, herbisida, atau peningkatan kualitas hasil. Tanaman tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan di berbagai negara.

 

Disamping hal positif dari tanaman transgenik, terdapat kekhawatiran sebagian masyarakat bahwa tanaman transgenik tersebut akan mengganggu, merugikan dan membahayakan keanekaragaman hayati, lingkungan, dan kesehatan manusia,. Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh adanya anggapan bahwa tanaman hasil rekayasa genetik dapat memindahkan gen ke kerabat liar dan menjadi gulma super, menimbulkan dampak negatif bagi serangga berguna, menyebabkan alergi, keracunan, atau bahkan bakteri di dalam perut menjadi resisten terhadap antibiotik akibat penggunaan markah tahan antibiotik dalam tanaman transgenik. Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan kajian teknis aspek keamanan hayati sebelum produk rekayasa genetik digunakan dan dikomersialkan.

 

Sehubungan dengan hal tersebut telah dikeluarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 856/Kpts/HK.330/9/1997 tentang Ketentuan Keamanan Hayati Produk Bioteknologi Pertanian Hasil Rekayasa Genetik ( PBPHRG ). Namun di dalam Keputusan Menteri Pertanian tersebut belum mencangkup aspek keamanan pangan, oleh sebab itu SK tersebut telah direvisi menjadi Keputusan Bersama antara Menteri Pertanian; Menteri Kehutanan dan Perkebunan; Menteri Kesehatan; dan Menteri Negara Pangan dan Hortikultura tentang keamanan hayati dan keamanan pangan yang telah ditandatangani pada 29 September 1999.

 

Dalam tulisan ini diuraikan status penelitian dan pengembangan rekayasa genetika tanaman, persepsi masyarakat terhadap tanaman transgenik dan manfaatnya, kekhawatiran terhadap tanaman transgenik, pengaturan keamanan pangan di negara lain, peraturan keamanan hayati dan keamanan pangan di Indonesia, serta pengujian keamanan hayati tanaman transgenik.

 

 

 

Kondisi di Indonesia

Keragaman hayati yang melimpah di Indonesia merupakan bahan mentah penting untuk perkembangan bioteknologi modern, yang antara lain dapat digunakan sebagai sumber gen-gen baru untuk mengkonstruksi tanaman transgenik (Suwanto, 1998). Sebagian besar keragaman hayati yang ada merupakan anugerah alam terpaut lokasi geografis yang memberikan harapan untuk mengejar ketertinggalan kita dalam persaingan agribisnis internasional yang semakin ketat. Oleh karena itu, sangat diperlukan iklim yang kondusif dalam penelitian- penelitian untuk memanfaatkan keanekaan hayati. Tidak hanya terbatas pada mendata atau mengaguminya saja, tetapi untuk memanfaatkannya secara optimal. Pada saat ini hal tersebut dapat dilakukan antara lain dengan mengintegrasikannya dengan aktivitas bioteknologi dan bioinformatika (Strohl, 2000) dalam ruang lingkup biokompleksitas (biocomplexity programs) yang sedang gencar dibicarakan sebagai suatu cutting-edge research strategy di negara-negara maju. Supaya tidak tertinggal lagi seperti pada teknologi yang lain, kita perlu mencermati hal ini dan segera memilih strategi terbaik untuk implementasinya.


Saat ini di Indonesia telah ada sejumlah pusat penelitian dengan sejumlah sumberdaya manusia (SDM) yang memadai untuk melakukan kegiatan penelitian di bidang bioteknologi modern. Meskipun demikian, jumlah SDM itu masih berada di bawah ambang batas minimal critical mass. Selain itu, hanya beberapa institusi saja yang memiliki sarana agak memadai·untuk memfasilitasi kegiatan tersebut. Hampir semua institusi penelitian yang tergolong terkemuka di Indonesia masih jauh tertinggal dalam hal kondisi infrastruktur dan kemampuannya dalam mengimplementasikan cutting-edge research strategies. Sebagai contoh, Bioinformatika yang merupakan disiplin paduan antara Ilmu Komputer dan Biologi Molekuler, telah menjadi salah satu strategi riset andalan negara maju dan sejumlah negara berkembang seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand sejak sekitar 5-8 tahun yang lalu. Singapura telah mengantisipasinya dengan mendirikan pusat bioinformatika dan telah melakukan analisis mengenai Microarray Technology (DNA Chips Technology) serta riset biologi in silico yang akan menjadi landasan ilmu -ilmu pertanian, kedokteran, dan lingkungan masa depan. Malaysia telah membentuk National Biotechnology and Bioinformatics Network (NABBinet) yang berada langsung di bawah Ministry of Science, Technology and the Environment. Sementara itu di Indonesia, khususnya institusi pemerintahan terkait, belum menunjukkan sinyal antisipasi kemajuan dalam Bioinformatika dan teknologi turunannya. Padahal Singapura dan Malaysia telah mulai mendiskusikan kemungkinan untuk mendapatkan dana bagi Asia-Pacific Bioinformatics Network (AP-Bionet) dari komunitas negara-negara APEC.

Dalam hal pengaturan produk transgenik telah dibuat aturan tersendiri yang melibatkan sejumlah Departemen terkait. Peraturan ini nampaknya sudah memadai, meskipun dalam perkembangannya nanti masih perlu dilakukan sejumlah revisi. Yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana implementasinya. Untuk mendeteksi Genetically Modified Organisms (GMOs) sendiri masih belum dibuat mekanisme dan prosedur untuk deteksinya, misalnya berapa ambang batas suatu produk disebut GMO-free, dan piranti deteksi apa yang akan digunakan. Ketersediaan informasi dan sarana ini sangat diperlukan untuk mempertimbangkan mengenai kebijakan pelabelan atau aspek legal dari masalah yang berhubungan dengan produk transgenik.


Introduksi tanaman transgenik atau produk pangan yang dihasilkannya perlu dievaluasi dengan hati-hati sebagaimana yang dilakukan pada proses pelepasan sejumlah varitas tanaman atau pemasaran produk pangan baru. Peraturan yang dibuat untuk evaluasi seharusnya diambil berdasarkan data ilmiah yang memadai, atau berdasarkan pertimbangan rasional yang secara ilmiah dapat dipertanggungjawabkan, sehingga peraturan tersebut tidak hanya melindungi konsumen dari bahaya nyata, tetapi juga memungkinkan konsumen untuk memanfaatkan produk transgenik dan teknologi yang mendasarinya secara maksimal. Meskipun demikian, peraturan yang dibuat hendaknya tidak menimbulkan kerumitan baru yang tidak perlu. Peraturan dan kekawatiran yang berlebihan tidak hanya akan menyurutkan perkembangan bioteknologi, suatu disiplin ilmu yang seharusnya dikuasai dengan baik untuk dapat memanfaatkan megabiodiversitas nasional secara optimal, tetapi juga dapat mengalihkan perhatian masyarakat dari masalah-masalah yang lebih penting dan mendesak. Oleh karena itu, pendidikan masyarakat mengenai bioteknologi (biotechnology literacy), khususnya rekayasa genetika, dan pembentukan komisi nasional atau badan sejenis yang khusus menangani Bioteknologi Modern, seharusnya menjadi agenda utama bagi penentu kebijakan yang berhubungan dengan masalah keamanan produk transgenik.

 

Tebu transgenik universitas jember

PT.Nusantara XI tertarik mengembangkan bahan tanaman unggul yang sesuai untuk lahan kering. Pada tahun 2013, tanaman tebu hasil produk rekayasa genetika ( PRG ) toleran kekeringan baru saja mendapat persetujuan dari kementrian pertanian dan di lepas sebagai varietas baru yaitu tebu transgenik. Keberhasilan ini tidak lepas dari kontribusi , Guru Besar Bidang Ilmu Biokimia Tanaman Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam- Universitas Jember. PRG yang bernama resmi NXI-4T merupakan PRG yang dirakit oleh peneliti – peneliti di lingkungan PTPN XI yang bekerja sama dengan peneliti dari PT.Ajinomoto Jepang,sebagai penyedia materi genetik serta peneliti dari Universitas Jember .

NXI-4T di rakit dari jenis tebu BL (sebagai tetua / tebu asal ) yang di transformasi diinsersi) dengan gen BetA di daat dari kerjasama PT.Ajinomoto Jepang. Proses perakitan tebu NXI-4T di awali dengan transformasi genetik menggunakan explant kalus tebu BL dan Agrbacterium tumeflacent yang membawa konstruk (kaset) gen Bet A dengan penanda gen ketahan terhadap antibiotik higromysin, dan kemudian di regenerasi menjadi plantet tebu tranforman. Kemudian di uji dan di analisa secara molecular, biokimiawi, fisiologis, dan penampilan fenotipnya secara terbatas dalam rumah kaca. Kemudian hasilnya di jadikan acuan untuk memilih event tebu transformant yang digunakan untuk lapang uji terbatas (UT/Cnfined Field Trial) dengan seijin dan dibawah pengawasan tim teknis komisi keamanan hayati PRG.

Komentar

Postingan Populer