BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kosmetik
Kosmetika adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan,
dilekatkan, dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan
dalam, dipergunakan pada badan atau bagian badan manusia dengan maksud
untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik atau mengubah rupa,
melindungi supaya tetap dalam keadaan baik memperbaiki bau badan tetapi
tidak dimaksudkan untuk mengobati atau menyembuhkan suatu penyakit..
(Depkes RI, Undang-undang tentang Kosmetika dan Alat Kesehatan, 1976).
Tujuan pemakaian kosmetik dimaksudkan untuk melindungi tubuh dari
lingkungan luar, panas, sinar matahari, maupun kekeringan. Akan tetapi
semakin berkembangnya pengetahuan dan tekhnologi pemakaian kosmetik
saat ini dapat digunakan juga untuk meningkatkan daya tarik seperti
pemakaian make up, meningkatkan kepercayaan diri, serta melindungi kulit
dari sinar UV, polutan dan penuaan dini (Tranggono & Latifah, 2007)
2.2 Kulit
2.2.1 Anatomi dan Fisiologi Kulit
Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang membentuk sekitar 15%
berat badan orang dewasa dan melapisi semua bagian tubuh. Kulit memiliki
beberapa fugsi vital diantaranya sebagai penghalang fisik dari lingkungan
luar, pencegahan kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan dalam
termoregulasi, memberikan perlindungan terhadap mikro-organisme, radiasi
ultraviolet, serta paparan agen beracun. Kulit merupakan organ dinamis
karena sifatnya yang dapat mengalami perubahan sel secara konstan, dimana
sebagai sel dari lapisan luar kulit akan digantikan secara kontinu oleh sel-sel sintetis keratin dan kemudian mengalami fase degradatif (Chu,
2008).
ď‚· Stratum basale
Merupakan lapisan terdalam epidermis yang terletak
berdekatan dengan lapisan dermis. Terdapat keratinosit
berbentuk kolom pada lapisan ini, dimana keratinosit
membedakan antara stratum basal dengan bagian
bawahnya. Hal lain yang membedakan lapisan basal adalah
sel yang ber bentuk oval atau memanjang terdapat inti,
warnanya yang gelap serta adanya pigmen warna atau
melanin yang memproduksi melanosit. Melanin akan
terakumulasi dalam melanosom untuk dihantarkan ke
keratinosit. Pigmen melanin berfungsi memberikan
perlindungan terhadap paparan radiasi ultraviolet (UV);
paparan kronis sinar akan meningkatkan rasio melanosit ke
keratinosit, sehingga lebih banyak ditemukan di kulit wajah
dibandingkan dengan punggung bawah dan lebih banyak di
lengan luar dibandingkan dengan lengan bagian dalam
(Chu, 2008).
ď‚· Stratum spinosum
Seperti pada lapisan basal, sel, sel-sel pada lapisan ini
tumbuh membentuk sel baru dengan bergerak menuju
lapisan luar kulit dengan membentuk spinosum stratum dan
dihantarkan ke ruang antara, untuk menghubungkan antar
sel terdapat jembatan desmosom atau penghubung
desmosome sebagai penghubung ruang-ruang antar sel.
Lapisan ini memiliki fungsi sebagai penahan gesekan dari
luar (Chu, 2008). Pada lapisan ini terdapat Sel Langerhans
yang merupakan makrofag turunan dari sumsum tulang,
berfungsi sebagai perangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel
Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan
penting dalam imunologi kulit.
ď‚· Stratum granulosum
Merupakan lapisan paling dangkal dari epidermis. Pada
lapisan ini terdapat lapisan granular atau stratum
granulosum dengan sel berbentuk gepeng, sitoplasmanya
berisikan granul keratohialin. Sel-sel ini bertanggung jawab
dalam sintesis dan modifikasi protein yang terlibat dalam
keratinisasi (Chu, 2008). Ketebalan lapisan granular
bervariasi sesuai dengan lapisan sel tanduk pada bagian
atasnya.
ď‚· Stratum korneum
Lapisan ini berfungsi emberikan perlindungan mekanik
untuk epidermis sebagai penghalang untuk mencegah
kehilangan air dan invasi dari zat asing. tanpa inti dengan
sitoplasma yang dipenuhi keratin (Chu, 2008).
2. Lapisan Dermis
Dermis terdiri dari fibroblas, yang memproduksi kolagen, elastin
dan proteoglikan structural, mengakomodasi stimulus saraf dan
jaringan pembuluh darah, makrofag,serta sel mast. Lapisan dermis
berfungsi dalam melindungi tubuh dari cedera mekanis, mengikat
air, membantu dalam regulasi termal, dan termasuk reseptor dalam
rangsang sensorik. Kolagen, elastin dan serat merupakan
komponen utama dermis. Berfungsi dalam memberikan kekuatan
dan fleksibilitas pada kulit. Usia serta radiasi sinar UV merupakan
faktor utama penyebab berkurangnya produksi kolagen dan elastin
sehingga menyebabkan menurunnya fleksibilitas, pengembangan
keriput dan kendur kulit (Tortora dan Grabowski 2000).
3. Lapisan Subkutan
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar dan lemak. Pada
embrio lapisan subkutan mulai berkembang pada bulan ke 5, pada
lobulus ini sel-sel lemak dan kolagen dipisahkan oleh septa fibrosa
dari pembuluh darah. Jaringan subkutan berfungsi dalam
penyediaan energi (James et al., 2006).
2.2.2 Penetrasi Obat Melalui Kulit
Proses penetrasi melalui stratum korneum dapat terjadi dengan adanya
proses difusi melalui dua mekanisme:
A. Absorbsi transepidermal
Merupakan jalur difusi melalui stratum korneum yang dapat
terjadi melalui dua jalur yakni jalur transeluler yang berarti
proses difusi terjadi melalui protein dalam sel serta melewati
daerah kaya akan lipid atau bersifat lipofil, dan jalur
paraseluler yang berarti proses difusi berlangsung melalui
ruang antar sel. Penetrasi berlangsung melalui dua tahap:
pertama pelepasan obat dari pembawa ke stratum korneum,
tergantung koefisien partisi obat dalam pembawa serta stratum
korneum, kedua difusi melalui epidermis dan dermis dibantu
oleh aliran pembuluh darah dermis (Banker & Rhode 2002).
B. Absorbsi transappendageal
Merupakan jalur masuknya obat melalui folikel rambut dan
kelenjar keringat melalui pori-pori, sehingga memungkinkan
obat berpenetrasi. Penetrasi obat melalui jalur transepidermal
lebih baik dari jalur ini, dikarenakan luas permukaan jalur
transappendageal lebih kecil (Banker & Rhode 2002).
2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penetrasi
ď‚· Usia - penetrasi lebih baik pada bayi baru lahir dan anakďżľanak dibandingkan pada orang dewasa.
ď‚· Kondisi kulit - penetrasi kulit lebih baik pada permukaan
kulit yang terluka atau terkelupas.
ď‚· Hidrasi kulit - penetrasi lebih baik pada kulit terhidrasi dari
pada kulit kering. Hidrasi dapat meningkatkan
permeabilitas stratum korneum sebab air merupakan
peningkat penetrasi yang efektif.
ď‚· Jenis pembawa - pembawa pada sediaan topikal dapat
mempengaruhi penetrasi dan penyerapan obat pada
permukaan kulit. Hal ini tergantung pada jenis pembawa
yang digunakan dan kondisi kulit.
ď‚· Hiperemia - vasodilatasi pembuluh darah dapat meningkat
penetrasi lokal atau sistemik (Banker & Rhode 2002).
Komentar
Posting Komentar