Langsung ke konten utama

Analisis Obat Analgetik-Antipiretik. ppt Maret 28, 2020

perhitungan resep bab II

BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Resep Resep adalah permintaan tertulis dari seorang dokter,dokter gigi, dokter hewan kepada apoteker baik secara paper maupun elektronik untuk menyediakan dan menyerahkan obat kepada pasien sesuai dengan perundang-undanganan yang berlaku. I. RESEP 1 R / Biolincom 350mg      Acetosal 250mg      Cetinal   1mg      Lameson 5mg      Curcuma 1tab Mf. Pulv dtd No XXI     S3dd1 Pro         : An. Faiza Umur    : 9 thn                                                   ...

ALKALOID. TUGAS MATAKULIAH FITOKIMIA ,Prodi Farmasi Universitas Mathlaul Anwar, Banten

 ALKALOID

Makalah ini di buat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah fitokimia

Dosen pengampu : S.Si., Apt



Disusun oleh :

Farid Aziz (G.20.14.0011)

Irfan (G.20.14.00)

Firna Firyanti (G.20.14.00)



PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN FARMASI

UNIVERSITAS MATHLA’UL ANWAR BANTEN

2016




KATA PENGANTAR


Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga penyusun mampu menyelesaikan makalah yang berjudul  “ALKALOID ” . Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah FITOKIMIA.

Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan halangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyusun makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwasannya masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu penyusun harapkan demi kesempurnaan makalah ini. 

Harapan disusunnya makalah ini, dapat memberikan manfaat bagi pembaca terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.





Pandeglang, 19 November 2016


Penyusun





BAB I

PENDAHULUAN

Alkaloid (Alkali-lik) Senyawa (basa) organik yang mengandung atom N yang berasal dari asam amino (dan memiliki aktivitas farmakologis dalam kadar rendah).Obat-obatan pertama yang diketemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne

mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin.

Alkaloid yang tidak mengandung oksigen dalam struktur kimianya biasanya pada suhu kamar bersifat cair (nikotin, koniin, spartein). Alkaloid yang mengandung oksigen akan berbentuk kristal, umumnya kristal tidak berwarna, pada kasus tertentu berwarna (berberine), beberapa berupa amorph.

Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman  berbunga,  maka  para  ilmuwan  sangat  tertarik  pada  sistematika  aturan  tanaman. Kelompok   tertentu   alkaloid   dihubungkan   dengan   famili   atau   genera   tanaman   tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus 















.BAB II

ALKALOID



A.     SEJARAH

Sejarah alkaloid hampir setua peradaban manusia. Manusia telah menggunakan obat-

obatan yang mengandung alkaloid dalam minuman, kedokteran, the, tuan atau tapal, dan racun selama 4000 tahun. Tidak  ada usaha untuk mengisolasi komponen aktif dari ramuan obat-obatan hingga permulaan abad ke sembilan belas.

Obat-obatan pertama yang diketemukan secara kimia adalah opium, getah kering Apium Papaver somniferum. Opium telah digunakan dalam obat-obatan selama berabad-abad dan sifat-sifatnya sebagai analgesik maupun narkotik telah diketahui. Pada tahun 1803, Derosne

mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin. Seturner pada tahun 1805 mengadakan penelitian lebih lanjut terhadap opium dapat berhasil mengisolasi morfin.

Dalam tahun 1817-1820 di Laboratorium Pelletier dan Caventon di Fakultas Farmasi di Paris, melanjutkan penelitian di bidang kimia alkaloid yang menakjubkan. Daintara  alkaloid

yang diperoleh dalam waktu singkat tersebut adalah Stikhnin, Emetin, Brusin, Piperin, ka ffein, Quinin, Sinkhonin, dan Kolkhisin.

Pada tahun 1826, Pelletier dan Caventon juga memperoleh Koniin suatu alkaloid yang memiliki sejarah cukup terkenal. Alkaloid tersebut tidak hanya yang bertanggung jawab atas kematian Socrates akibat dari hisapan udara yang beracun, tetapi karena struktur molekulnya yang sederhana. Koniin merupakan alkaloid pertama yang ditentukan sifat-sifatnya (1870) dan yang pertama disintesis (1886). Selama tahun 1884 telah ditemukan paling sedikit 25 alkaloid hanya dari Chinchona. Kompleksitas alkaloid merupakan  penghalang elusidasi struktur molekul

selama abad ke sembilan belas bahkan pada awal abad ke dua puluh. Sebagai contoh adalah

Stikhnin yang ditemukan pertama kali oleh Pelletier dan Caventon pada tahun 1819 dan struktur

akhirnya dapat ditentukan oleh Robinson dan kawan-kawan pada tahun 1946 setelah melakukan pekerjaan kimia yang ekstra sukar selama hampir 140 tahun.

Perlu dicatat bahwa selama kimia organik berkembang pesat selama periode tersebut, menjadi ilmu pengetahuan yang rumit pada saat ini, usaha pengembangan dalam kimia bahan alam tumbuh sejalan, banyak reaksi yang sekarang merupakan reaksi klasik dalam kimia organik

adalah hasil penemuan pertama dari studi yang cermat degradasi senyawa bahan alam.


B.     SUMBER ALKALOID

Pada  waktu  yang  lampau  sebagian  besar  sumber  alkaloid  adalah  pada  tanaman

berbunga,   angiosperma   (Familia   Leguminoceae,   Papavraceae,   Ranunculaceae,   Rubiaceae,

Solanaceae,Berberidaceae)   dan   juga  pada  tumbuhan  monokotil  (Familia  Solanaceae  dan Liliaceae). Pada tahun-tahun berikutnya penemuan sejumlah besar alkaloid terdapat pada hewan, serangga, organisme laut, mikroorganisme dan tanaman rendah. Beberapa contoh yang terdapat pada berbagai sumber adalah isolasi muskopiridin dari sebangsa rusa; kastoramin dar i sejenis musang Kanada ; turunan Pirrol-Feromon seks serangga ; Saksitoksin - Neurotoksik konstituen dari Gonyaulax catenella ; pirosiamin dari bacterium Pseudomunas aeruginosa; khanoklavin-I dari sebangsa cendawan, Claviceps purpurea ; dan likopodin dari genus lumut Lycopodium.

Karena alkaloid sebagai suatu kelompok senyawa yang terdapat sebagian besar pada tanaman  berbunga,  maka  para  ilmuwan  sangat  tertarik  pada  sistematika  aturan  tanaman. Kelompok   tertentu   alkaloid   dihubungkan   dengan   famili   atau   genera   tanaman   tertentu. Berdasarkan sistem Engler dalam tanaman yang tinggi terdapat 60 order. Sekitar 34 dari padanya mengandung alkaloid. 40% dari semua famili tanaman paling sedikit mengandung alkaloid. Namun demikian, dilaporkan hanya sekitar 8,7% alkaloid terdapat pada disekitar 10.000 genus. Kebanyakan   famili  tanaman   yang   mengandung   alkaloid   yang   penting   adalah  Liliaceae, solanaceae dan Rubiaceae. Famili tanaman yang tidak lazim yang mengandung alkaloid adalah Papaveraceae. Dalam kebanyakan famili tanaman yang mengandung alkaloid, beberapa genera mengandung alkaloid sedangkan genera yang lain tidak mengandung alkaloid. Suatu genus sering menghasilkan alkaloid yang sama, dan bahkan beberapa genera yang berbeda dalam suatu famili dapat mengandung alkaloid yang sama. Sebagai contoh hiossiamin diperoleh dari tujuh genera yang berbeda dari famili tanaman Solanaceae. Dilain pihak alkaloid yang lebih kompleks, seperti vindolin dan morfin, sering terdapat dalam jumlah yang terbatas pada satu spesies atau genus tanaman.

Di   dalam   tanaman yang   mengandung   alkaloid,   alkaloid   mungkin   terlokasi

(terkonsentrasi) pada jumlah yang tinggi pada bagian tanaman tertentu. Sebagai contoh reserpin terkonsentrasi pada akar (hingga dapat diisolasi) Rauvolfia sp ; Quinin terdapat dalam kulit, tidak pada daun Cinchona ledgeriana ; dan morfin terdapat pada getah atau latex Papaver samniferum. Pada bagian tertentu tanaman tidak mengandung alkaloid tetapi bagian tanaman yang lain sangat kaya alkaloid. Namun ini tidak berarti bahwa alkaloid yang dibentuk di bagiam tanaman tersebut. Sebagai contoh dalam species Datura  dan Nicotiana  dihasilkan dalam akar tetapi ditranslokasi cepat ke daun, selain itu alkaloid juga dalam biji (Nux vomica, Areca catechu), buah (Piperis nigri ), daun (Atropa belladona), akar & rhizoma (Atrpa belladona & Euphorbia ipecacuanhae) dan pada kulit batang (Cinchona succirubra). Fungsi alkaloid ini bermacam-macam diantaranya sebagai racun untuk melindungi tanaman dari serangga dan binatang, sebagai hasil akhir dari reaksi detoksifikasi yang merupakan hasil metbolit akhir dari komponen yang membahayakan bagi tanaman, sebagai faktor pertumbuhan tanaman dan cadangan makanan.

Kisaran konsentrasi total alkaloid tang terdapat pada bagian tanaman tertentu sangat bervariasi. Sebagai contoh, reserpin dapat mencapai konsentrasi hingga 1% dalam akar Rauvolfia serpentine, tetapi vinkristin dari daun Catharanthus roseus  diperoleh hanya 4.10-6 % Dapat dibayangkan persoalan yang menyangkut dalam industri yang memproduksi alkaloid yang terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit.


C.        PENAMAAN DAN SIFAT-SIFAT FISIKA DAN KIMIA

1.      Penamaan

Karena  begitu  banyak  tipe  alkaloid  maka  tidak  mungkin  diadakan  penyatuan

penamaan. Bahkan dalam satu kelompok alkaloid, sering terjadi tidak adanya sistem penamaan

dan penomeran yang konsisten. Suatu contoh, adalah alkaloid indol, dimana banyak terdapat kerangka yang berbeda. Kebanyakan dalam bidang ini sistem penomeran yang digunakan didasarkan pada biogenesis, namun sayang Chemical Abstract mempunyai sistem penomeran yang sangat membingungkan untuk setiap kerangka individu.

Kharaktersistik yang lazim penamaan alkaloid adalah bahwa nama berakhiran ”ina”. Disamping itu alkaloid, seperti bahan alam yang lain, diberi nama yang dikenal ”trivial” (yaitu non-sistematik). Mereka mungkin diturunkan dari nama genus (contoh   atropin dari Atropa belladonna) ; dari nama species (contoh, kokain dari Erythroxyloncoca) ; dari nama yang lazim untuk  obat-obatan/aktifitas  fisiologik  (contoh,  emetin,  emetat),  atau  dari  nama  pakar  kimia alkaloid yang terkenal/penemunya (contoh, pelletierina).

2.      Sifat-Sifat Fisika

Umumnya mempunyai 1 atom N meskipun ada beberapa yang memiliki lebih dari 1 atom N

seperti pada Ergotamin yang memiliki 5 atom N. Atom N ini dapat berupa amin pr imer, sekunder maupun  tertier  yang  semuanya  bersifat  basa  (tingkat  kebasaannya  tergantung  dari  struktur molekul dan gugus fungsionalnya)

Kebanyakan alkaloid yang telah diisolasi berupa padatan kristal tidak larut   dengan titik

lebur yang tertentu atau mempunyai kisaran dekomposisi. Sedikit alkaloid yang berbentuk amorf dan beberapa seperti; nikotin dan koniin berupa cairan.

Kebanyakan  alkaloid  tidak  berwarna,  tetapi  beberapa  senyawa  yang  kompleks, species aromatik berwarna (contoh berberin berwarna kuning dan betanin berwarna merah). Pada

umumnya, basa bebas alkaloid hanya larut dalam pelarut organik, meskipun beberapa pseudoalkalod dan protoalkaloid larut dalam air. Garam alkaloid dan alkaloid quartener sangat larut dalam air.

3.      Sifat-Sifat Kimia

Kebanyakan alkaloid bersifat basa. Sifat tersebut tergantung pada adanya pasangan

elektron  pada   nitrogen.Jika  gugus   fungsional  yang   berdekatan  dengan   nitrogen  bersifat melepaskan elektron, sebagai contoh; gugus alkil, maka ketersediaan elektron pada nitrogen naik<<<<

dan senyawalebih bersifat basa. Hingga trietilamin lebih basa daripada dietilamin dan senyawa dietilamin lebih basa daripada etilamin. Sebaliknya. Bila gugus fungsional yang berdekatan bersifat menarik elektron (contoh; gugus karbonil), maka ketersediaan pasangan elektron berkurang dan pengaruh yang ditimbulkan alkaloid dapat bersifat netral atau bahkan sedikit asam. Contoh ; senyawa yang mengandung gugus amida.

Kebasaan   alkaloid   menyebabkan   senyawa   tersebut   sangat   mudah   mengalami

dekomposisi, terutama oleh panas dan sinar dengan adanya oksigen. Hasil dari reaksi ini sering berupa N-oksida. Dekomposisi alkaloid selama atau setelah isolasi dapat menimbulkan berbagai persoalan jika penyimpanan berlangsung dalam waktu yang lama. Pembentukan garam dengan senyawa organik (tartarat, sitrat) atau anorganik (asam hidroklorida atau sulfat) sering mencegah dekomposisi. Itulah sebabnya dalam perdagangan alkaloid lazim berada dalam bentuk garamnya

C.     KLASIFIKASI

Pada bagian yang memaparkan sejarah alkaloid, jelas kiranya bahwa alkaloid sebagai

kelompok senyawa, tidak diperoleh definisi tunggal tentang alkaloid. Sistem klasifikasi yang diterima, menurut Hegnauer, alkaloid dikelompokkan sebagai (a) Alkaloid sesungguhnya, (b)

Protoalkaloid, dan (c) Pseudoalkaloid. Meskipun terdapat beberapa perkecualian. (a) Alkaloid Sesungguhnya

Alkaloid sesungguhnya adalah racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas phisiologi yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa; lazim mengandung Nitrogen dalam cincin heterosiklik ; diturunkan dari asam amino ; biasanya terdapat “aturan” tersebut adalah kolkhisin dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan alkaloid quartener, yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.

(b)    Protoalkaloid

Protoalkaloid merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen dan asam amino  tidak  terdapat  dalam  cincin  heterosiklik.  Protoalkaloid  diperoleh  berdasarkan

biosintesis  dari  asam  amino  yang  bersifat  basa.  Pengertian  ”amin  biologis”  sering digunakan  untuk  kelompok  ini.  Contoh,  adalah  meskalin,  ephedin  dan  N,N- dimetiltriptamin.


(c)     Pseudoalkaloid

Pseudoalkaloid tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloid yang penting dalam khas ini, yaitu alkaloid steroidal (contoh: konessin dan purin (kaffein))

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

a.      Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada golongan ini adalah :

Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.

Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi  sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas ini adalah   Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger, Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili Erythroxylaceae).

Alkaloid Quinolin

Plasmodium vivax

Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada famili  Fabaceae  termasuk  Lupines  (Lupinus  spp),  Spartium  junceum,  Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora

5.  Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine, alkaloid vinblastin dan

vinkristin  dari Catharanthus  roseus  famili  Apocynaceae  yang  sangat  efektif  pada

pengobatan kemoterapy untuk penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

6.  Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.

7.  Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2  cincin karbon dengan 1 atom N, alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus (fam : Leguminocaea).

8.  Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili Solanaceae, Zigadenus venenosus.

9.   Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan Ephedra sinica (fam Gnetaceae)

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis) dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae, Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

b.      Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu atom karbon pada rantai samping.

1.Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora, Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum autumnale.

2.Alkaloid Capsaicin

Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens, Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum chinense.


D.     IDENTIFIKASI

Dua  metode  yang  paling  banyak  digunakan  untuk  menyeleksi  tanaman  yang

mengandung alkaloid. Prosedur Wall, meliputi ekstraksi sekitar 20 gram bahan tanaman kering yang direfluks dengan 80% etanol. Setelah dingin dan disaring, residu dicuci dengan 80% etanol dan kumpulan filtrat diuapkan. Residu yang tertinggal dilarutkan dalam air, disaring, diasamkan dengan asam klorida 1% dan alkaloid diendapkan baik dengan pereaksi Mayer atau dengan Siklotungstat. Bila hasil tes positif, maka konfirmasi tes dilakukan dengan cara larutan yang bersifat asam dibasakan, alkaloid diekstrak kembali ke dalam larutan asam. Jika larutan asam ini menghasilkan  endapan  dengan  pereaksi  tersebut  di  atas,  ini  berarti  tanaman  mengandung alkaloid. Fasa basa berair juga harus diteliti untuk menentukan adanya  alkaloid quartener.

Prosedur Kiang-Douglas agak berbeda terhadap garam alkaloid yang terdapat dalam tanaman (lazimnya sitrat, tartrat atau laktat). Bahan tanaman kering pertama-tama diubah menjadi

basa bebas dengan larutan encer amonia. Hasil yang diperoleh kemudian diekstrak dengan kloroform,  ekstrak  dipekatkan  dan  alkaloid  diubah  menjadi  hidrokloridanya  dengan  cara

menambahkan asam klorida 2 N.   Filtrat larutan berair kemudian diuji terhadap alkaloidnya dengan menambah pereaksi mayer,Dragendorff atau Bauchardat. Perkiraan kandungan alkaloid yang potensial dapat diperoleh dengan menggunakan larutan encer standar alkaloid khusus seperti brusin.

Beberapa  pereaksi  pengendapan  digunakan  untuk  memisahlkan  jenis  alkaloid. Pereaksi sering didasarkan pada kesanggupan alkaloid untuk bergabung dengan logam yang memiliki berat atom tinggi seperti merkuri, bismuth, tungsen, atau jood. Pereaksi mayer mengandung kalium jodida dan merkuri klorida dan pereaksi Dragendorff mengandung bismut nitrat dan merkuri klorida dalam nitrit berair. Pereaksi Bouchardat mirip dengan pereaksi Wagner dan mengandung kalium jodida dan jood. Pereaksi asam silikotungstat menandung kompleks

silikon dioksida dan tungsten trioksida. Berbagai pereaksi tersebut menunjukkan perbedaan yang besar dalam halsensitivitas terhadap gugus alkaloid yang berbeda. Ditilik dar i popularitasnya, formulasi mayer kurang sensitif dibandingkan pereaksi wagner atau dragendorff.

Kromatografi dengan penyerap yang cocok merupakan metode yang lazim untuk memisahkan alkaloid murni dan campuran yang kotor. Seperti halnya pemisahan dengan kolom terhadap bahan alam selalu dipantau dengan  kromatografi lapis tipis. Untuk mendeteksi alkaloid secara kromatografi digunakan sejumlah pereaksi. Pereaksi yang sangat umum adalah pereaksi

Dragendorff, yang akan memberikan noda berwarna jingga untuk senyawa alkaloid. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa beberapa sistem tak jenuh, terutama koumarin dan α-piron, dapat juga memberikan noda yang berwarna jingga dengan pereaksi tersebut. Pereaksi umum lain

tetapi kurang digunakan adalah asam fosfomolibdat, jodoplatinat, uap jood, dan antimon (III)

klorida.

Kebanyakan alkaloid bereaksi dengan pereaksi-pereaksi tersebut tanpa membedakan kelompok alkaloid. Sejumlah pereaksi khusus tersedia untuk menentukan atau mendeteksi jenis alkaloid khusus. Pereaksi Ehrlich (p-dimetilaminobenzaldehide yang diasamkan) memberikan warna yang sangat karakteristik biru atau abu-abu hijau dengan alkaloid ergot. Perteaksi serium amonium  sulfat  (CAS)  berasam  (asam  sulfat  atau  fosfat)  memberikan  warna  yang  berbeda dengan berbagai alkaloid indol. Warna tergantung pada kromofor ultraungu alkaloid.

Campuran  feriklorida  dan  asam  perklorat  digunakan  untuk  mendeteksi  alkloid

Rauvolfia. Alkaloid Cinchona memberikan warna jelas biru fluoresen pada sinar ultra ungu (UV) setelah direaksikan dengan asam format dan fenilalkilamin dapat terlihat dengan ninhidrin. Glikosida steroidal sering dideteksi dengan penyemprotan vanilin-asam fosfat.

Pereaksi Oberlin-Zeisel, larutan feri klorida 1-5% dalam asam klorida 0,5 N, sensitif

terutama pada inti tripolon alkaloid kolkisin dan sejumlah kecil 1 μg dapat terdeteksi.


E.     SIMPLISIA


1. Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen, dengan struktur inti :


Reduksi


Piridin Piperidin


N N H


Golongan ini dibagi dalam 4 sub golongan :

1.   Turunan Piperidin, meliputi piperini yang diperoleh dari Piperis nigri Fructus; yang berasal dari tumbuhan Piperis nigri (fam : Piperaceae) berguna sebagai bumbu dapur.

2.   Turunan Propil-Piperidin, meliputi koniin yang diperoleh dari Conii Fructus; yang berasal dari tumbuhan Conium maculatum                 (Fam: Umbelliferae) berguna

sebagai antisasmodik dan sedatif.

3.   Turunan Asam Nikotinan, meliputi arekolin yang diperoleh dari Areca Semen; yang berasal dari tumbuhan Areca catechu (fam: Palmae) berguna sebagai anthelmentikum pada hewan.

4.   Turunan  Pirinin  &  Pirolidin,  meliputi  nikotin  yang  diperoleh  dari  Nicoteana Folium; yang berasal dari tumbuhan Nicotiana tobaccum        (fam: Solanaceae) berguna sebagai antiparasit, insektisida dan antitetanus.

Tumbuhan yang juga mengandung alkaloid ini adalah kuli dari Punica granatum (fam: Punicaceae) yang berguna sebagai taenifuga.

2.Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3). Alkaloid ini dapat mempengaruhi  sistem saraf pusat termasuk yang ada pada otak maupun sumsum tulang belakang, struktur intinya :





N CH3







1.   Hiosiamin dan Skopolamin

Berasal dari tumbuhan Datura stramonium, D. Metel (fam Solanaceae),

tumbuh   pada  daerah   yang   memiliki  suhu   yang   panas   daun   dan  bijinya mengandung alkaloid Skopolamin; berfungsi sebagai antispasmodik dan sedative.

Pada tumbuhan Hyoscyamus muticus dan H. Niger (fam Solanaceae), tumbuh didaerah Amerika Selatan dan Kanada dikenal dengan nama “Henbane” daun dan bijinya digunakan sebagai relaksan pada otot.

2.   Kokain

Senyawa ini berfungi sebagai analgetik narkotik yang menstimulasi pusat syaraf, selain itu juga berfungsi sebagai antiemetik dan midriatik. Zat ini bersal dari  daun tumbuhan Erythroxylum coca, E. Rusby dan E. Novogranatense (fam Erythroxylaceae).  Kokain   lebih  banyak  disalahgunakan  (drug  abuse)   oleh sebagian orang dengan nama-nama yang lazim dikalangan mereka seperti snow, shabu-shabu, crak dan sebagainya.

3.   Atropin, Apotropin dan Belladonina

Atropa dari bahasa Yunani yaitu terdiri dari kata “Atropos” yang berarti

tidak dapat dibengjokkan atau disalahgunakan, ini disebabkan karena belladona merupakan obat yang sangat beracun dan dapat menyebabkan kematian.

Belladonna barasal dari bahasa Italia “Bella” artinya cantik dan “Donna” artinya wanita. Bila cairan buah diteteskan pada mata akan menyebabkan dilatasi dari pupil mata sehingga menjadi sangat menarik

Akar dan daun tumbuhan Atropa belladonna (fam Solanaceae)

merupakan sumber dari senyawa ini, digunakan sebagai    antispamolitik, antikolinergik, anti asma dan midriatik.  Zat ini merupakan hasil dari hiosiamin selama ekstraksi sehingga tak dapat ditemukan dalam tanaman. Atropin yang dihasilkan secara sintetik lebih mahal daripada yang berasal dari ekstraksi dari tanaman dan tidak dapat disaingi harganya.

3.Alkaloid Quinolin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dengan struktur inti seperi di bawah ini:







N

1.   Kinina, Kinidina, Sinkonidin, Sinkonidina

Senyawa ini pada umumnya berguna sebagai anti malaria, alkaloid ini terdapat pada kulit batang (cotex) dari tumbuhan Cinchona succirubra (fam :

Rubiaceae). Ada beberapa jenis dari Cinchona diantaranya C. Calisaya  yang berwarna kuning berasal dari Peru dan Bolivia, C. Officinalis dan C. Ledgeriana lebih banyak di Indonesia yang ditanam di pulau jawa.

Sebelum PD II Indonesia menyuplai 90% kebutuhan kina di dunia, ketika

Jepang memutuskan suplai ini maka diusahan beberapa obat antimalaria sintetik

(kloroquin, kunaikri dan primakrin) untuk menggantika kina.


2.   Akronisina

Berasal dari kulit batang tumbuhan Acronychia bauery (fam : Rutaceae, berfungsi sebagai antineoplastik yang tealah diujikan pada hewan coba dan diharapkan mampu merupakan obat yang efektif untuk kemoterapi neoplasma pada manusia.

3.   Camptothecin.

Diperoleh dari buah, sebagian kayu atau kulit dari pohon Camptotheca acuminata  (fam  :  Nyssaceae),  suatu  pohon  yang  secara  endemik  tumbuh  di

daratan cina. Ekstrak dari tumbuhan ini ternyata mempunyai keaktifan terhadap leukemia limpoid.

4.   Viridicatin

Merupakan subtansi antibiotik dari mycelium jamur Penicillium viridicatum (fam : Aspergillaceae), senyawa ini aktif untuk semua jenis Plasmodium (kecuali P. vivax) penyebab malaria. Penggunaan senyawa ini memiliki efek samping berupa Cindronism yaitu pendengaran berkuran.

4. Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen dengan struktur inti :



>>>>>

karena mampu mengurangi rasa sakit akibat operasi atau luka parah. Pada saat dikonsumsi, obat ini menyebabkan penggunanya berada dalam kondisi mati rasa sekaligus diliputi perasaan senang/ euforia seperti sedang berada dalam alam mimpi. Oleh karena efek sampingnya yang berupa euforia ini, pada tahun 1811 obat ini diberi nama Morpheus sama seperti nama dewa mimpi Yunani oleh Dr. F.W.A. Serturner, seorang ahli obat dari Jerman. Pertengahan tahun 1850, morfin telah tersedia di seluruh Amerika Serikat dan semakin populer dalam dunia kedokteran. Morfin dimanfaatkan sebagai obat penghilang rasa sakit yang membuat   takjub   dokter-dokter   pada   masa   itu.   Sayangnya,   ketergantungan terhadap obat tersebut terlewatkan, tidak terdeteksi sampai masa Perang Saudara berakhir.

Dengan adanya penggunaan yang berlebihan yang terus menerus ataupun kadang-kadang dari suatu obat yang secara tidak layak atau menyimpang dari norma pengobatan yang lazim maka hal tersebut dikatakan drug abuse  terlebih lagi apabila pada pemakaian morfin sebagai obat keras. Morfin tergolong kedalam hard drugs yakni zat-zat yang pada penggunaan kronis menyebabkan perubahan –

perubahan dalam tubuh si pemakai, sehingga penghentiannya menyebabkan gangguan serius bagi fisiologi tubuh, yang disebut gejala penarikan atau gejala abstimensi. Gejala ini mendorong bagi si pecandu untuk terus menerus menggunakan zat – zat ini untuk menghindarkan timbulnya gejala abstimensi.dilain pihak , dosis yang digunakan lambat laun harus ditingkatkan untuk memperoleh efek sama yang dikehendaki (toleransi).    Hard drugs menyebabkan ketergantungan fisik (ketagihan ) hebat dan menyebabkan toleransi terhadap dosis yang digunakan.

2.   Emetina

Senyawa ini berfunsi sebagai emetik dan ekspektoran, diperoleh dari akar

tumbuhan Cephaelis ipecacuanha dan C. Acuminata (fam : Rubiaceae)

3.   Hidrastina dan Karadina

Senyawa ini berasal dari tumbuhan Hydrastis canadensis (fam : Ranunculaceae) dikenal pula sebagai Yellowroot; bagian yang digunakan berupa umbi akar berkhasiat sebagai adstrigensia pada radang selaput lendir.

4.   Beberina

Berupa  akar  dan  umbi  akar  dari  tumbuhan  Berberis  vulgaris  (dari Oregon), B. Amition (dari Himalaya), dan B. aristaca (India) dari familia Berberidaceae yang berguna sebagai zat pahit/amara dan antipiretik.

5.Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol dengan inti seperti di bawah ini :







1.   Reserpina N

Merupakan hasil ekstraksi dari akar tumbuhan Rauwolfia serpentine dari suku  Apocynaceae  yang  terkadang  bercampur  dengan  fragmen  rhizima  dan bagian  batang  yang  melekat  padanya.  Senyawa  ini  berfungsi  sebagai antihipertensi.

Dalam perdagangan terdapat 5 jenis yaitu R. Serpentine, R. Canescens, R. Micratha,  dan  R.  Tetraphylla.  Selain  sebagai  anti  hipertensi  juga  berfungsi

sebagai traqulizer (penenang),

2.   Vinblastina, Vinleusina, Vinrosidina, Vinkristina

Diperoleh dari tumbuhan Vinca rosea, Catharanthus roseus   (fam : Apocynaceae) berupa herba yang berkhasiat sebagai antitumor.

3.   Sriknina & Brusina

Berasal  dari  tumbuhan  Strychnos   nux-vomica   dan  S.   ignatii  (fam

:Loganiaceae) yang terdapat di Filifina, Vietnam dan Kamboja. Bagian tanaman yang  diambil  berupa  ekstrak    biji  yang  telah  kering  dengan  khasiat  sebagai

tonikum dalam dosis yang kecil sedangkan dalam pertanian digunakan sebagai ratisida (racun tikus).

4.   Fisostigmina & Eserina

Simplisianya dikenal dengan nama Calabar bean, ordeal bean, chop nut dan split nut berupa biji dari tumbuhan Physostigma venenosum (fam : Leguminosae) yang berkhasiay sebagai konjungtiva pengobatan glaukoma.

5.   Ergotoksina, Ergonovina, & Ergometrina

Alkaloid  ini  asalnya  berbeda  dibandingkan  dengan  yang  lain,  sebab berasal  dari  jamur  yang  menempel  pada  sejenis  tumbuhan  gandum  yang kemudian dikeringkan. Jamur ini berguna sebagai vasokonstriktor untuk penyakit migrain yang spesifik dan juga sebagai oxytoksik.

Diperoleh  dari sisik  jamur  yang  menempel pada  tumbuhan  Claviceps

purpurea (fam: Hypocreaceae), jamur ini merupakan parasit pada tumbuhan tersebut, selain itu jamur ini juga terdapat pada tumbuhan Secale cornutum (fam: Graminae).

6.   Kurare

Diperoleh dari kulit batang  Stricnos crevauxii, C. Castelnaci, C. Toxifera (fam:loganiaceae) dan Chondodendron tomentosum (fam: Menispermaceae) yang berguna sebai relaksan pada otot.

6.Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen, dengan inti :


H N




N

Lingkaran Imidazol merupakan inti dasar dari pilokarpin yang berasal dari daun tumbuhan Pilocarpus jaborandi atau Jaborandi rermambuco, P. Microphylus atau J. marashm,  dan  P.  Pinnatifolius  atau  J.  Paraguay  dari  familia  Rutaceae  yang berkhasiat sebagai konjungtiva pada penderita glaukoma.


7.Alkaloid Lupinan

Mempunyai 2  cincin karbon dengan 1 atom N, intinya adalah :





N


alkaloid ini ditemukan pada Lunpinus luteus, Cytisus scopartus (fam : Leguminocaea) dan Anabis aphylla (fam : Chenopodiaceae) berupa daun tumbuhan yang telah dikeringkan berkhasiat sebagai oksitoksik.

8.Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid yang mengandung 4 cincin karbon. Inti dari steroid adalah:

Alkaloid steroid terbagi atas 3 golongan yaitu :

1.   Golongan  I  :  Sevadina,  Germidina,  Germetrina,  Neogermetrina,  Gemerina, Neoprotoperabrena, Veletridina

2.   Golongan II : Pseudojervina, Veracrosina, Isorobijervosia

3.   Golongan III : Germina, Jervina, Rubijervina, Isoveratromina

1.   Germidina, Germitrina

Diperoleh dari umbi akar tumbuhan Veratrum viride (fam: Liliaceae) yang berguna sebagai antihipertensi.

2.   Protoveratrin

Diperoleh  dari  umbi  akar  tumbuhan  Veratrum  album  (fam  : Liliaceae) yang berguna sebagai insektisida & antihioertensi.

3.  Sevadina

Diperoleh  dari  biji  sebadilla  (Sebadilla  Semen)  dari tumbuhan

Schonecaulon officinalis (fam: Liliaceae) berguna sebagai insektisida.

9.Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari asam amino fenilalanin atau tirosin.




NH2

Feniletilamin Fenilalanin


1.   Efedrina

Berasal dari herba tumbuhan Ephedra distachya, E. Sinica dan E. Equisetina (fam : Gnetaceae) berguna sebagai bronkodilator. Tumbuhan ini juga

dikenal dengan nama “Ma Huang” dalam bahasa Cina “Ma” berarti sepat sedangkan „Huang” berati kuning, hal ini mungkin dihubungkan dengan rasa dan warnan simplisia ini.

Selain dari persenyawaan alam, alkaliod ini juga dibuat dalam bentuk sintetis garam seperti Efedrin Sulfat dan Efedrin HCl yang berbetuk kristal, sifat- sifat farmakologiknya sama dengan Efedrin dan dipakai sebagai simpatomimetik.

2.   Kolkisina

Alkaloid ini berasal dari biji tumbuhan Colchicum autumnalei (fam : Liliaceae) berguna sebagai antineoplasmik dan stimulan SSP, selain pada biji kormus (pangkal batang yang ada di dalam tanah) tumbuhan ini juga mengandung alkaloid yang sama.

3.   d- Norpseudo Efedrina

Senyawa di atas diperoleh dari daun-daun segar tumbuhan Catha edulis

(fam : Celastraceae) nama lain dari tumbuah ini dalah Khat atau teh Abyssina, tumbuhan ini berupa pohon kecil atau semak-semak yang berasal dari daerah tropik Afrika Timur. Khasiat dari simplisia ini adalah stimulan pada SSP.

4.   Meskalina

Diperoleh dari sejenis tumbuhan cactus Lophophora williamsii (fam : Cactaceae) dikenal dengan nama Peyote yang dapat menyebabkan halusinasi dan euphoria

10. Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen; dengan inti:

Kesimpulan


Pada tahun 1803, Derosne mengisolasi alkaloid semi murni dari opium dan diberi nama narkotin . Alkaloid adalah Senyawa (basa) organik yang mengandung atom N yang berasal dari asam amino (dan memiliki aktivitas farmakologis dalam kadar rendah) .Dapat di peroleh dari tumbuhan dan hewan . Pada umum nya Mempunyai 1 atom N, berbentuk kristal,tidak berwarna dan bersifatbasa 



Daftar pustaka


Farmakope Indonesia ed. IV

Hänsel, R., Sticher, O. (Eds.), 2007, Pharmakognosie-Phytopharmazie, 8th Ed., Springer

Jurnal-jurnal terkait

Komentar

Postingan Populer